Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Shinta Amudia
Sebagian orang menikah muda, sebagian lagi telah memiliki anak, sebagian lagi berjuang dengan kariernya, juga kehidupannya. Begitulah circle kehidupan teman-temanku. Sedangkan aku? Aku adalah wanita yang berumur 29 tahun yang sudah seringkali ditanya kapan menikah.
Sampai akhirnya bosan menjawab dan berujung, "Iya, doakan saja," dan pada akhirnya Tuhan menjawab doa-doa yang aku rapalkan setiap hari. Akhirnya kesempatan itu datang saat kekasihku melamarku di bulan Februari 2021.
Sedikit flashback, kami berkenalan secara tidak sengaja lewat media sosial (Twitter) sampai akhirnya kami memutuskan bertemu. Dia asli Kalimantan dan aku tinggal di Tangerang Selatan. Setelah bertemu, kami tahu bahwa menjalani long distance relationship itu berat dan tidak untuk semua orang.
Tantangannya tidak main-main selain akan jarang ketemu, pasti kepercayaan satu sama lain akan diuji. Terbukti saat awal-awal berpacaran kami sama seperti pasangan kekasih yang lain, sering bertengkar dan kadang memiliki trust issue tapi kami pun selalu berkomitmen untuk menjaga hubungan kami dengan komunikasi. Alhamdulillah komunikasi kami lancar tanpa ada gangguan yang berarti. Selama 3 tahun pacaran bisa dihitung kami hanya bertemu 4 kali itu pun berkenalan dengan orangtuaku juga.
Setelah proses lamaran berlangsung dengan sederhana, kami pun memutuskan untuk menentukan di bulan Juni akan menikah. Namun wedding organizer yang kami pilih mengatakan bahwa tanggal yang kami pilih tidak tersedia sehingga diminta memilih tanggal lain. Akhirnya rencana pernikahan kami, kami undur ke bulan Juli tanggal 3 tahun 2021.
Long story short, undangan dan souvenir sudah siap tinggal disebar tapi ternyata Tuhan memberikan ujian terutama pada keluargaku. Aku, adik, dan kedua orang tuaku terpapar covid-19 tepat tiga minggu sebelum pernikahan.
Advertisement
Acara Pernikahan Diundur
Semua rencana kami pun buyar dan kami sekeluarga memutuskan untuk isoman di rumah kami sendiri. Dua minggu berlalu, kesehatanku dan keluarga semakin membaik. Setelah selesai isolasi mandiri kami pun memastikan untuk swab antigen kembali dan alhamdulillah hasilnya telah negatif, meskipun begitu efek long covid kami masih ada seperti batuk, mudah lelah, dan kadang-kadang sakit kepala. Akhirnya kami memutuskan kepada pihak WO untuk menunda jadwal pernikahan kami dikarenakan baru sembuh dari covid-19.
Setelah berdiskusi dengan pihak WO, kami memutuskan untuk menikah pada tanggal 18 Juli nanti, untuk menunda tanggal pun kami mengeluarkan biaya lagi yang bagi kami tidak sedikit tapi sudahlah mungkin ini jalan yang harus kami tempuh. Lagi-lagi cobaan datang dengan peraturan PPKMnya akhirnya mau tidak mau mengikuti protokol yang ada. Tetap menjalankan pernikahan dengan pembagian sesi dan tidak ada acara makan di tempat. Mengundang orang pun sudah harus ikhlas jikalau banyak rekan yang memutuskan untuk tidak datang karena pandemi ini.
Semua rasa sedih, marah, kecewa karena rencana yang kita inginkan tidak sesuai tapi mau bagaimana lagi. Kami harus ikhlas menjalani dengan lapang dada dan covid-19 datang membawa segudang hikmah kepada keluarga kami tentang pentingnya menjaga kesehatan, melatih kesabaran, dan menjadikan cinta yang kami miliki semakin kuat kepada keluarga dan juga calon suami.
Begitulah kisah singkatku. Akhir kata mohon doanya dari pembaca semua semoga niat baik kami sekeluarga untuk melaksanakan pernikahan di kala pandemi bisa terlaksana dengan baik.
Stay safe, everyone.
#ElevateWomen