Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Chairina Zahidah
Mengingat kembali runtutan kejadian itu suka bikin senyum sendiri. Aku dibuat percaya kalau versi terbaik Tuhan nggak selalu sama dengan versi manusia. Aku baru kenal lelaki ini setelah kisah yang patah kesekian kali. Pada pertemuan ketiga dia menemui orangtuaku untuk meminta izin mengenalku lebih dekat katanya. Cukup ekstrem sih, tapi saat itu aku penasaran seberapa serius dia.
Beberapa minggu kemudian, kami berlibur bersama teman-teman ke Bandung. Kebetulan mood-ku lagi luar biasa menyebalkan, maklum PMS (kalau alasannya ini boleh lah ya? hehe). Lalu pada satu momen dia bilang, "Hidup memang suka ngeselin ya? Eh tapi aku yakin sih, aku akan baik-baik saja kalau sama kamu. Nikah, yuk?"
Saat itu kalau ada kontes mirip udang rebus, kayaknya aku bakalan menang saking memerahnya mukaku. Rasanya campur aduk, senang, kaget, tapi juga entah kenapa jadi mau nangis. Seketika juga aku ingat kata mama setelah dulu pertama kali ketemu dia, "Kalau dia memang orangnya, dia nggak akan bikin kamu bingung," dan ya aku tidak bingung. Aku tahu bahwa aku jawab, "Yuk."
Setelah itu, rasanya semua berjalan super lancar. Keluarga besar sekalipun langsung mendukung mengiyakan.
Sampai saat mempersiapkan pernikahan, kerikil mulai terasa di permukaan. Mulai dari pandemi yang awal tahun baru marak-maraknya, si mantan dari pihaknya yang bikin naik darah, sampai pada keinginan keluarga terkait acara. Urusan per-mantan-an sih akhirnya kami nggak terlalu ambil pusing, walaupun sebagai wanita pasti ada saja overthinking.
Advertisement
Menikah di Tengah Situasi Pandemi
Soal acara, kebetulan aku dan keluarga memang tidak ingin ada pesta. Buat yang sudah lama kenal aku juga pasti tahu kalau dari dulu pernikahan impianku ada di KUA. Aneh ya? Lain lagi keluarganya, adat istiadat masih merekat erat. Ya menikah memang bukan cuma dua kepala, diskusi juga akhirnya naik turun panasnya.
Syukurlah aku dan pasangan nggak goyah saat itu, kami ambil jalan tengahnya. Semua acara diminimalisir, kami cuma mengundang keluarga dan kerabat terdekat.
Kali ini semesta juga berpihak walaupun sangat memprihatinkan, kondisi pandemi membuat tidak banyak protes dari pihak diluar keluarga inti. Toh kebijakan saat itu memang tidak memperkenankan ada kerumunan.
Sampai saatnya akad, semua sesuai impianku. Hanya ada keluarga inti saja, rasanya khidmat sekali. Ternyata memang dia orangnya, dia mewujudkan mimpi-mimpi yang aku susun bahkan sebelum aku tahu keberadaannya.
Saat aku tulis ini, kami sudah menikah lebih dari setahun. Walaupun konsep pernikahan impianku tercapai, bulan madu kami masih tertunda karena keadaan. Jadilah kami setiap hari bulan madu di rumah saja hehe. Semoga keadaan keadaan lekas membaik, dan untuk semua yang membaca ceritaku atau mungkin saja sedang mempersiapkan pernikahan, selamat bahagia! Sehat selalu ya.
#ElevateWomen