Fimela.com, Jakarta Persiapan pernikahan seringkali dipenuhi drama. Ada bahagia, tapi tak jarang juga ada air mata. Perjalanan menuju hari H pun kerap diwarnai perasaan campur aduk. Setiap persiapan menuju pernikahan pun selalu punya warna-warninya sendiri, seperti kisah Sahabat Fimela dalam Lomba Share Your Stories Bridezilla: Perjalanan untuk Mendapat Status Sah ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Nana Lutfiana
Usiaku akan memasuki 24 tahun kala itu, entah kenapa setiap menjalin hubungan selalu saja kandas. Padahal kukira berpacaran adalah jalan untuk selanjutnya menikah. Ternyata tidak. Bulan Juni waktu itu adalah bulan puasa. Di keluargaku biasa ada acara kumpul keluarga besar dan bertemulah aku dengan suami sepupuku.
Suami sepupuku adalah teman dari mantanku dulu. Iya aku yang mengenalkannya pada sepupuku ternyata akhirnya mereka menikah. Karena merasa punya budi, suami sepupuku ini tiba-tiba bertanya, “Kapan nikah nih? Mau gue kenalin sama teman gue nggak? Tapi dia dinas di Jawa.” Aku hanya menjawab, “Kenalin aja. Dia yang suruh chat gue duluan ya,” padahal itu hanya sebuah jawaban biasa tanpa ada maksud apapun.
Aku juga masih belum move on sama mantan yang tinggal di Bali. Akhirnya si cowok yang dikenalin sama suami sepupuku tiba-tiba chat. Chat-nya hanya perkenalan biasa dan tidak berlanjut lagi.
Lalu lebaran bertemu lagi aku dengan suami dari sepupuku ini dia menanyakan bagaimana progress perkenalanku? Katanya dia akan ke rumah membawa temannya. Dia bilang, “Laki-laki serius menikah kenalannya di rumah, bukan di luar.” Baik aku mengiyakan biar pun aku belum tahu mau serius atau tidak. Ternyata benar dia datang ke rumah, karena aku memang belum ada perasaan apa-apa. Akhirnya cowok itu cuma ngobrol sama ibuku setelah itu pulang.
Advertisement
Jodoh yang Ternyata Begitu Dekat
Singkat cerita setelah pertemuanku dengan cowok itu di rumah, suami sepupuku minta kami bertemu lagi di Jogja sekalian karena sedang ada dinas bareng. Aku menuruti dan tentu karena sudah dapat izin orangtuaku. Ternyata Jogja adalah kunci di mana perasaan mulai muncul, aku merasa cowok yang dikenalkan untukku adalah pria baik-baik yang mungkin akan menjadi imam yang baik.
Pembicaraan mulai mengarah mau ke mana hubungan perkenalan ini? Aku memang mau cari yang serius dan begitu pula dia. Oh iya, setelah cowok ini ke rumahku, ternyata ada pria lain yang tiba-tiba saja datang berniat melamarku. Untung saja orangtuaku tidak akan mengiyakan jika itu bukan keinginanku. Jadi aku bilang sama cowok ini ada orang lain juga yang mau melamarku dan aku bilang, “Kalau kamu mau serius denganku, silakan bawa orangtuamu ke rumahku.”
Ternyata pada bulan Juli akhir dia menepati perkataannya dan membawa serta keluarganya ke rumah sebagai perkenalan dan keseriusannya. Di situ langsung berbicara kapan menikah, iya secepat itu.
Jadilah orangtuaku bilang, "Agustus aja lamarannya. Nikahnya kapan? November?” Aku mengiyakan karena pada bulan November ada tanggal cantik 11-11-17. Ya di tanggal itu aku menikah.
Selama mengurus pernikahanku aku hanya seorang diri karena calon suamiku bekerja di Cilacap, Jawa Tengah. Iya, tapi ternyata dia adalah asli orang Jakarta dan hanya beda kecamatan denganku. Dari dulu aku menjalin hubungan selalu jauh-jauh LDR. Mulai dari Papua, Melbourne, dan terakhir Bali. Sekarang suamiku hanya beda kecamatan. Selalu ada istilah, semut yang jauh kelihatan, tetapi gajah di depan mata tidak kelihatan. Iya mencari sampai ke mana-mana ternyata jodohku begitu dekat.
Mengurus pernikahan cukup sulit sendirian, sampai-sampai untuk souvenir aku merasa ditipu mengeluarkan uang hampir Rp10 juta tapi bukan souvenir yang mewah ternyata. Tapi itulah memang mengurus pernikahan harus benar-benar detail dan matang. Semoga semua yang terjadi sebelum pernikahan akan menjadi berkah di pernikahanku sekarang.
#ElevateWomen