Fimela.com, Jakarta Setiap kali kita melakukan perjalanan, selalu ada cerita yang berkesan. Bepergian atau mengunjungi sebuah tempat memberi kenangan tersendiri di dalam hati. Tiap orang pastinya punya pengalaman atau kisah tak terlupakan tentang sebuah perjalanan, seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Trip Story: Setiap Perjalanan Selalu Memiliki Cerita berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Cynthia Der Waskuri
Setiap perjalanan memiliki kisah dengan latar belakang yang berbeda-beda. Namun dalam perjalanan itu selalu ada cerita dan makna bagi yang bisa merasakan dan memahaminya, meskipun mungkin ada yang terlihat sepele tapi mampu memberikan guratan senyum manis di bibir ataupun air mata getir di pipi. Mereka mampu merenungi apa saja yang sudah dijalani selama hidup hingga lamunan itu mampu membawa kenangan dimasa lalu.
Ada yang bersyukur karena kehidupannya membaik, namun juga ada yang merasa telah membuang waktu sia-sia dan menyesal karena dulu tidak memanfaatkan setiap kesempatan dan tantangan yang mungkin mampu mengubah hidupnya menjadi lebih baik karena lingkungan dalam rute perjalanan itu menampakkan banyak perubahan yang besar dan kemajuan diluar dugaan.
Dulu aku sering menjalani perjalanan untuk liburan atau karena ada tugas pekerjaan dari kantor. Aku sangat menikmati dan mensyukurinya karena aku bukanlah tipe orang yang senang diam di kantor dan akan merasa bosan dengan rutinitas pekerjaan yang monoton dan dirasa jalan ditempat. Perjalananku kali ini bukanlah suatu pejalanan yang aku rencanakan, namun ternyata aku membutuhkannya.
Aku berpikir mungkin Tuhan sedang menunjukkan apa yang sebenarnya aku cari untuk kehidupanku secara nyata, gamblang, dan realistis. Aku terlahir di sebuah desa kecil dan setelah lulus SMA pergi ke kota besar untuk melanjutkan pendidikan. Karena sangat betah dan nyaman akhirnya aku menetap di kota itu hingga berusia tigapuluh empat tahun, yang artinya aku lebih lama merantau daripada hidup di tempat kelahiranku.
Hingga pada suatu waktu karena berbagai hal termasuk adanya pandemi covid-19, aku harus kembali dan tinggal lebih lama di desaku. Jujur itu di luar dari rencana hidup aku, karena aku mencintai keramaian dan kebebasan yang penuh warna imbas dari bekas menjadi anak pingitan orangtuaku.
Aku menyusuri jalan utama di desaku yang dulu sepi dan masih jarang penduduk, namun kini sudah berubah menjadi pemukiman padat, banyak rumah dibangun di dekat pesawahan atau bekas pekarangan, dan lalu lintas kendaraan menjadi cukup ramai hingga sulit untuk menyeberang. Aku menemukan banyak toko dan tempat usaha yang dulu baru bisa kutemukan di jalanan besar.
Banyak penduduk yang memilih untuk berdagang di depan rumahnya bahkan juga para pendatang yang menyewa tempat untuk mencari rezeki. Aku juga baru mengetahui bahwa telah banyak industri besar yang membangun pabrik di daerahku. Tanah-tanah pertanian yang luas dan lapang kini dihiasi dengan aneka perumahan baru dan beberapa pabrik besar dari perusahaan yang memproduksi merek berskala internasional yang menyerap banyak tenaga kerja.
Advertisement
Melihat Banyak Hal Berbeda
Aku memprediksi suatu saat daerahku bisa menjadi kawasan industri yang berkembang pesat. Yang aku amati sekarang adalah adanya perubahan gaya hidup dan naiknya taraf perekonomian penduduk, dan aku merasa jauh tertinggal mengetahui fenomena ini.
Dulu aku tidak menemukan mall atau tempat nongkrong seperti di kota besar. Namun, kini aku bisa menemukannya dengan menempuh jarak yang lumayan ke daerah yang lebih maju, dan saat mengunjunginya aku melihat konsep yang bahkan hampir sama dan tidak kalah dengan suasana yang aku sukai meskipun tak semegah di kota besar. Aku berpikir jika dulu fokus untuk membangun sebuah toko atau bisnis di tempat kelahiranku mungkin sudah berkembang dan aku tidak akan begitu lama mengejar hal yang belum tercapai hingga sekarang.
Salah satu impian hidup yang mungkin mampu dengan cepat aku raih karena terlihat lebih terarah dan realistis. Setiap aku mengunjungi rumah kakek dan nenekku, aku memilih rute berjalan kaki dari rumah orangtuaku dengan menyusuri jalanan desa demi melihat pemandangan pekarangan yang rimbun dihiasi aneka tanaman dan pepohonan serta aliran sungai kecil dibawah jembatan sempit yang hanya mampu memuat satu buah motor, dan suasana kandang kambing tradisional disamping rumah penduduk yang belum berubah dari jaman aku kecil. Semua itu seperti membawaku ke titik awal hidupku.
Meskipun sekarang sudah dibangun beberapa rumah dan diberi penerangan yang cukup sehingga tidak terasa menyeramkan seperti dulu, tapi masih tetap kurasakan hawa, udara, penduduk, dan pemandangan yang mengingatkanku saat bermain bersama teman-teman kecilku di pekarangan rimbun yang luas.
Merenungi Banyak Hal
Kulihat tanaman, pepohonan, sungai, sawah, sinar matahari, tarian dedaunan dan lambaian dahan pepohonan yang bergerak dihembus oleh angin yang seakan bersuara menyambutku, nyanyian serangga dan binatang-binatang lain disaat malam atau setelah hujan bagai pertunjukkan musikal yang menenangkan, dan suara kicauan burung yang indah maupun menakutkan itu semua membuatku bernostalgia.
Setiap aku menikmati jalanan pekarangan dan membalas sapaan serta mengobrol ringan dengan kerabat dan penduduk, hal itu mampu membuatku terasa kembali membumi, tersadar dan terbangun dari mimpi dan mengevaluasi semua impian aku. Kehidupan sederhana yang terlihat tenang dan damai yang terpancar di mata mereka membuatku sejenak berhenti memikirkan rencana-rencana hidupku yang menjauh dari kehidupan asalku. Aku kembali bertanya pada diriku sendiri tentang apa tujuan hidupku dan apa yang sudah aku lakukan untuk menggapainya. Aku menemukan jawaban itu melalui keramahan, tatapan lembut, perhatian, dan arti kekeluargaan yang sebenarnya.
Saat aku sampai di rumah kakek dan nenekku, kulihat mereka tampak bersemangat dan hidup. Aku bertanya kembali pada diriku sendiri, apakah aku sudah membahagiakan mereka, apakah mereka hidup dengan penuh ketenangan dan kedamaian, dan berapa lama aku bisa memiliki waktu bersama mereka secara dekat bukan hanya sekedar berkomunikasi melalui teknologi modern. Menyentuh atau memeluk mereka, melihat mereka makan ataupun tertidur dengan tenang. Bahkan mengamati dan memahami bagaimana usaha mereka menjalani kehidupan di masa tua.
Aku mendengarkan setiap doa dan harapan yang belum terwujud hingga usia mereka menua dan itu menyadarkanku tentang arti hidup apa yang sebenarnya harus aku wujudkan. Aku mengakui bahwa sejak aku meninggalkan desa menjadi jarang pulang dan hanya sebentar menghabiskan waktu bersama mereka, meskipun dulu dimasa kecil aku sempat tinggal di rumah itu, karena mereka adalah tempat berlindung dan tempatku menemukan kedamaian.
Aku merasa selama ini terlalu fokus pada diriku sendiri, hanya mengejar dan berjuang mewujudkan mimpi-mimpi aku sendiri dan kurang memperhatikan bagaimana untuk membalas dan membahagiakan mereka secara lebih detail dan seksama. Dulu aku hanya memberikan apa yang aku mau dan harus aku berikan, tanpa benar-benar meluangkan waktu dan bertanya kepada mereka keadaan yang sebenarnya mereka rasakan dan hadapi.
Aku berdoa semoga kami masih memiliki waktu yang lebih lama untuk tetap dekat secara nyata dan berbagi kebahagiaan seperti yang kami inginkan. Masa pandemi yang belum berakhir, impianku yang selalu menagih perjuanganku kembali dan sedikitnya kesempatan serta akses di desaku untuk mewujudkan impianku membuatku sementara harus berdamai dengan keadaan dan berkompromi dengan situasi saat ini.
Sampai detik ini aku tetap berusaha mewujudkan mimpi-mimpi aku dan merasa maju mundur akan kesiapan untuk merantau kembali dengan resiko paranoid pada pandemi. Namun aku tetap berusaha menemukan kesempatan yang bisa membuatku bisa menjalani dan meraihnya secara seimbang bahkan bersamaan tanpa harus kehilangan waktu dan kesempatan untuk hidup bersama orang-orang tercinta. Perjalananku menyusuri tempat asalku masih berjalan hingga kini yang telah banyak memberiku renungan dan jawaban akan arti menjadi manusia dan juga bagian dari sebuah keluarga.
#ElevateWomen