Fimela.com, Jakarta Setiap kali kita melakukan perjalanan, selalu ada cerita yang berkesan. Bepergian atau mengunjungi sebuah tempat memberi kenangan tersendiri di dalam hati. Tiap orang pastinya punya pengalaman atau kisah tak terlupakan tentang sebuah perjalanan, seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My Trip Story: Setiap Perjalanan Selalu Memiliki Cerita berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: nanadimana
Saya nggak hobi traveling sendiri. Kalau ada teman, jauh lebih baik biar nggak bengong tanpa arti. Apalagi kalau ke tempat yang belum pernah dijelajahi. Nyali saya ciut kalau nyasar di kota yang nggak dikenali. Lalu dipilihlah destinasi di luar negeri.
Sungguh, mau ke barat jadi ke timur adalah nama tengah saya. Tadinya ingin ke Raja Ampat, malah ikut grup hore-hore ke Singapura. Bikin paspor cepat-cepat, dan menukar dolar selagi sempat. Tiket sudah dipesankan berlima. Memang tanpa rencana matang sekali, cuma dibicarakan sambil lalu dan terkumpullah lima perempuan yang berangkat bersama.
Di negeri kecil yang bahasanya campur baur dengan alat transportasi yang sudah terotomatisasi, saya yakin nggak bakal nyasar. Tapi apalah dengan lima kepala yang punya pikiran masing-masing, mau ke Garden by The Bay pun jadi tinggal berputar-putar di Marina Bay Sands. Sampai sekarang saya nggak tahu titik nyasar kami di mana kenapa nggak sampai juga ke destinasi kebun indoor terbesar di Asia itu.
Masih soal destinasi. Belum lagi soal selera kuliner. Lima kepala dan lima lidah yang berbeda, yang ada selalu nggak sepakat mau makan apa. Belum terbiasa dengan citarasa yang jauh sekali dengan Indonesia. Apalagi kami belum juga bisa beradaptasi dengan sifat masing-masing.
Hingga pada satu malam kami merasa tidak aman bersama. Rasanya seperti diikuti penduduk setempat ketika menuju penginapan. Sambil berusaha mengenyahkan perasaan tidak nyaman, kami bergandengan sambil bergegas masuk lift demi membuat barrier dengan orang yang mengejar. Bulu kuduk yang meremang masih saya rasakan kalau mengingat omelan orang tersebut dari pintu lift yang tertutup.
Advertisement
Persahabatan yang Makin Erat
Sejak saat itu kami saling menjaga. Tidak meninggalkan salah satu meskipun dia sedang melihat-lihat objek yang tidak satu selera. Selalu memastikan lima kepala ini dalam jarak pandangan yang aman, sambil melihat kondisi sekitar. Hingga di saat kami pulang ke Indonesia.
Perasaan itu tetap tertinggal di hati. Sampai hari ini. Sampai di setiap up and down kehidupan, merekalah yang pertama memastikan, "Kamu gimana, apa yang bisa kami bantu?" Merekalah yang selalu mengulurkan tangan dan memberikan pelukan hangat penguat semangat.
Sampai kami bertengkar kembali ketika jalan-jalan ke Bali. Selalu dengan masalah yang sama. Satu mau makan ini, satu mau lihat itu, satu nggak suka tempat tidur penginapan, dan yang dua lagi yang selalu nyetirin ke sana ke mari. Selera, lidah, dan isi kepala yang kembali nggak sinkron satu sama lain. Namun ke Bali nggak cuma sekali, dengan mereka-mereka lagi. Bingung nggak sih?
Hahahaha, namun pengalaman di Singapura itulah yang menjadi fakta bahwa lima perempuan yang berbeda ini bisa sama-sama menurunkan ego, menaikkan limit kesabaran, dan menyamakan persepsi agar tujuan bersama bisa didapatkan.
Bukankah itu yang terpenting, dear Sahabat?
#ElevateWomen