Fimela.com, Jakarta Malam tadi 26 Mei 2021, telah terjadi fenomena Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon 2021. Fenomena ini lebih spesial dari sebelumnya karena hanya terjadi ratusan tahun sekali dengan durasi waktu yang singkat.
Fase puncak Super Blood Moon 2021 ini dapat disaksikan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Aceh, Pulau Nias, dan sebagian Sumatera Utara, pada pukul 18.18.43 WIB atau 19.18.43 WITA atau 20.18.43 WIT.
Advertisement
BACA JUGA
Fenomena ini menjadi daya tarik bagi banyak orang karena memiliki banyak keistimewaan. Apa saja itu? Berikut ini 7 fakta menarik seputar Super Blood Moon 2021 yang terjadi tadi malam.
1. Berwarna merah
Fenomena Super Blood Moon menghiasi langit dengan penampakan yang berwarna merah. Berdasarkan unggahan dari akun Instagram resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), warna merah ini disebabkan oleh pembiasan cahaya Matahari oleh lapisan atmosfer Bumi.
Oleh sebab itu, Gerhana Bulan Total kali ini juga disebut dengan Bulan Merah Super atau Super Blood Moon.
2. Terjadi hanya 195 tahun sekali dengan durasi singkat
Gerhana Bulan Total kali ini juga disebut LAPAN sebagai fenomena langka karena terjadi setiap 195 tahun sekali. Selain itu, durasi fase total gerhana kali ini cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.
“Fenomena ini akan terjadi kembali pada 26 Mei 2040, 7 Mei 2050, 6 Mei 2069, 17 Mei 2087 dan 29 Mei 2106.” kata LAPAN, dikutip dari situs resminya.
Advertisement
3. Beriringan dengan terjadinya Perige
LAPAN juga menyebutkan, bahwa gerhana kali lebih spesial karena beriringan dengan terjadinya Perige, yakni ketika bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi.
Pada umumnya, gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari, bumi, dan bulan sejajar. Namun karena fenomena Perige ini, maka bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.
Disebutkan oleh LAPAN, Gerhana Bulan Total kali ini memiliki lebar sudut lebih besar 13,77 persen dibandingkan dengan ketika Bulan berada di titik terjauhnya (apoge). Tingkat kecerahannya pun 15,6 persen lebih terang ketimbang rata-rata dan 29,16 persen lebih terang dibandingkan ketika masa apoge.
4. Bertepatan dengan detik-detik Waisak
Selain bertepatan dengan terjadinya Perige, Gerhana Bulan Total ini juga bertepatan dengan detik-detik Waisak. yakni pada 15 suklapaksa (paroterang) Waisaka 2565 Era Budha yang jatuh pada 26 Mei pukul 18.13.30 WIB atau 19.13.30 WITA atau 20.18.30 WIT dengan jarak 357.416 Km dari Bumi.
LAPAN mengatakan, Gerhana Bulan Total yang beriringan dengan Hari Raya Waisak dalam seabad terakhir hanya pernah terjadi beberapa kali saja. Yaitu pada 24 Mei 1910, 14 Mei 1938, 14 Mei 1957, 25 Mei 1975, dan 16 Mei 2003.
5. Dapat disaksikan langsung tanpa alat bantu optik
Gerhana Bulan Total kali ini dapat disaksikan di seluruh Indonesia. Mulai dari arah Timur hingga Tenggara. Bahkan dengan mata telanjang tanpa alat bantu optik apapun.
“Gerhana Bulan Total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.” tulis BMKG dalam situs resminya.
6. Pengaruhi ketinggian pasang-surut laut
Gerhana itu sendiri murni peristiwa visual tetapi sifat "supermoon" dari posisi Bulan akan berarti pasang mata air perigean yang sangat tinggi dan sangat rendah — alias king tide — sehingga membawa ancaman banjir ke wilayah pesisir.
7. Hampir seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikan puncaknya
Gerhana Bulan Total kali ini juga terlihat dari beberapa bagian Pasifik, Atlantik, dan Samudera Hindia termasuk Indonesia.
Secara universal, Gerhana Bulan Total Super Blood Moon ini dapat disaksikan di beberapa negara seperti Asia Timur, Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, Oseania, dan sebagian besar benua Amerika kecuali Kanada bagian Timur, Kepulauan Virgin hingga Trinidad dan Tobago, Brasil bagian timur, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.
Bagi masyarakat Indonesia, Gerhana Bulan Total Super Blood Moon bisa disaksikan di seluruh Indonesia dari arah Timur-Tenggara. Namun untuk fase puncak gerhana, hanya wilayah Aceh, Pulau nias, dan sebagian Sumatera Utara yang tidak bisa menyaksikan. Sementara untuk fase akhir total, akhir sebagian, dan akhir penumbra seluruh wilayah Indonesia bisa menyaksikannya
#Elevate Women