Fimela.com, Jakarta Tahukah kamu, 1 dari 5 karyawan mengalami stres di tempat kerja bukan karena beban kerja, tetapi karena masalah keuangan. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa salah satu alasan menurunnya produktivitas kerja karyawan adalah masalah keuangan pribadi mereka.
BACA JUGA
Advertisement
Berdasarkan survei korporat yang dilakukan oleh QM Financial untuk karyawan di beberapa perusahaan, diketahui bahwa 51% karyawan merasa penghasilannya kurang dan 45,5% karyawan tidak siap pensiun. Dalam webinar QM Finansial pada Senin (04/05/2021), Ligwina Hananto, selaku Lead Financial Trainer QM Financial mengungkapkan hal ini disebabkan kurangnya financial intelligence pada karyawan, sehingga mereka kesulitan mengatur keuangan termasuk menjalani gaya hidup yang sesuai penghasilan.
Apa itu financial intelligence?
Lebih lanjut, Wina menjelaskan finnancial intelligence merupakan pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mewujudkan finansial atau keuangan yang sehat sebagai hal yang sama pentingnya seperti Intelligence Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient.
“Karyawan bisa dikatakan telah sehat secara finansial apabila mereka sudah memiliki dan mengelola penghasilan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan, dapat mengelola utang dengan baik, siap menghadapi kondisi darurat pribadi, mampu pensiun dengan nyaman, dan tangguh menghadapi krisis finansial,” ujar FDV Wulansari, Financial Trainer QM Financial.
Advertisement
Mengapa financial intelligence menjadi penting?
FDV Wulansari, menjelaskan terdapat 3 fase karier karyawan di sebuah perusahaan khususnya dalam mengelola gaji. Pertama adalah fase recruit yaitu ketika karyawan bergabung dengan perusahaan.
Di fase ini, masalah yang umum terjadi adalah karyawan tidak paham mengenai benefit perusahan, mengalami euforia gaji pertama sehingga lebih boros, dan terlibat utang konsumtif.
“Maka, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk melakukan pengelolaan gaji, mengenal benefit dari perusahaan, dan bijak berutang,” sambungnya.
Fase kedua adalah retain, yaitu fase ketika karyawan mulai memasuki level karier yang mapan. Pada fase ini, masalah yang umum terjadi adalah karyawan tidak optimal memanfaatkan kenaikan gaji yang diberikan perusahaan, belum mengenal produk investasi, dan tidak paham pentingnya aspek proteksi.
“Oleh karena itu, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk mulai menghitung tujuan finansial, mengenal produk investasi, dan membuat rencana keuangan yang komprehensif,” kata FDV Wulansari.
Sementara fase terakhir adalah retreat, yaitu saat karyawan memulai persiapan transisi menuju pensiun. Di fase ini, sebagian besar karyawan merasa tidak siap pensiun.
“Maka, karyawan perlu dibekali dengan keterampilan untuk menyiapkan aset aktif dan mengelola keuangan di masa pensiun. Untuk bisa menjalani setiap fase dengan baik, karyawan membutuhkan financial intelligence,” terangnya.
Bagaimana cara memberikan edukasi finansial kepada karyawan?
FWD Wulansari menuturkan bahwa memberikan edukasi finansial kepada karyawan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengikuti program edukasi keuangan.
“Seperti QM Financial yang menyediakan pelatihan pengelolaan gaji dengan membimbing karyawan agar memiliki kemampuan untuk mengelola gaji yang baik, program lainnya adalah perencanaan tujuan finansial, hingga persiapan pensiun.” katanya.
Tak hanya itu, QM Financial juga menyediakan program literasi keuangan yang dapat diikuti melalui digital secara gratis di Website, YouTube, Instagram & Twitter. Tersedia juga program berbayar dengan kurikulum yang didesain sesuai kebutuhan dan dilengkapi dengan pengalaman belajar yang menyenangkan melalui pelatihan keuangan karyawan di QM Training, kelas finansial online via zoom di Financial Clinic Online Series, dan lain sebagainya.
“Menyediakan kesempatan belajar literasi keuangan menjadi salah satu upaya yang harus diwujudkan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan agar lebih berdaya secara finansial.” tutup Wina.
*Penulis: Hilda Irach
#Elevate Women