Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Mia Yusnita
Bulan Ramadan tahun ini hampir sama dengan tahun kemarin tapi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya lantaran pandemi covid-19. Namun, kita tetap bisa beraktivitas seperti biasa dengan protokol kesehatan yang ketat tentunya.
Tahun kemarin saya bisa mengisi Ramadan dengan membuka jasa antar belanjaan. Cukup banyak peminatnya lantaran tahun kemarin sepertinya orang-orang memilih tinggal di rumah saja seperti anjuran pemerintah pada saat itu. Tahun ini terpaksa hiatus karena ternyata melakukan pekerjaan multitasking repot juga. Dan saya tidak bisa membagi waktu secara efektif dan efisien di tahun ini.
Menjalankan satu usaha yang menjadi kunci pemasukan keluarga kami satu-satunya di tengah pandemi ini sungguhlah tidak mudah. Berbagai cara saya dan suami terapkan untuk keluarga kami setidaknya untuk bisa menghirup napas, melanjutkan hidup dan kembali untuk berjuang bersama lagi. Banting tulang, peras otak, menyusun rencana bagaimana pundi-pundi tetap terisi, sudah kami lakukan setidaknya setahun ini dengan cukup serius dan bersungguh-sungguh.
Berbeda dengan saya dan suami. Adik yang juga serumah dengan kami harus menelan kenyataan, bahwa di tempat dia bekerja sudah tidak bisa lagi menggaji karyawan untuk sementara waktu sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan. Tidak dirumahkan tetap dipekerjakan tapi tidak mendapat gaji. Situasi ini terasa sangat tidak adil bukan?
Berbeda dengan adik, ayah (mertua saya) harus menerima kenyataan bahwa proyek yang selama ini dia kerjakan harus terhenti sementara waktu karena tidak ada pemasukan dari para penyewa dan pembeli properti. Pandemi membuat ekonomi dan daya beli masyarakat akan properti menjadi lesu dan menurun. Biasanya beliau memperkerjakan banyak karyawan di bulan Ramadan, tahun ini hanya beberapa saja.
Advertisement
Kejadian demi Kejadian
Tidak sampai di situ saja, ujian demi ujian keluarga kami terima. Kabar buruk datang seminggu kemarin ketika adik dan ayah(mertua) harus diuji kesabaran mereka sekali lagi dengan mereka berdua terinfeksi covid-19. Keluarga kami yang biasanya selama bulan Ramadan selalu bersama-sama menunaikan ragam kegiatan Ramadan sampai Lebaran, harus menerima dengan lapang dada ketika kami harus tinggal saling terpisah. Adik dan ayah harus tinggal di rumah untuk menjalani isolasi mandiri. Mama harus mengungsi ke rumah saudara yang dekat dengan tempat kerja beliau. Saya dan keluarga menempati rumah dan toko yang selama ini menjadi tempat kerja kami.
Situasi pandemi setahun ini benar-benar memukul keluarga kami, dan mungkin banyak keluarga diluar sana. Ramadan kali ini seperti ujian berjamaah bagi kita. Banyak orang yang ‘marah’ karena terpukul di situasi pandemi. More or less, pandemi memang membuat orang di posisi tidak adil. Some people lose their job, some people lose their love ones, rest of them are living their life with no particular problem. So open the eyes and heart wider.
Dengan kejadian demi kejadian yang kami alami, sekarang kami sekeluarga semakin saling menjaga kebersamaan satu sama lain, dan saling meningkatkan kepedulian. Tapi satu yang harus saya sadari dan menjadi pengingat diri sendiri, bahwa setiap orang sudah punya jatah waktu dan ceritanya sendiri-sendiri. Dan tak melulu membandingkan diri kita dengan orang lain terlebih mereka yang lebih. Karena penyelamat jiwa yang kita butuhkan di zaman sekarang adalah kurangi membandingkan. Semoga Ramadan kalian semua tahun ini lebih menyenangkan.
#ElevateWomen