Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Lutfi Nisa
Ramadan yang mulia telah tiba. Seluruh manusia bersiap untuk menyambut kedatangan tamu agung yang sudah lama dinanti setiap tahunnya. Mulai dari persiapan diri untuk ibadah lebih rajin hingga persiapan finansial kebutuhan selama Ramadan. Aku pun menjadi salah satunya. Antusias membuat daftar target yang ingin dicapai bahkan membuat menu sahur dan buka selama sebulan.
Sudah dua tahun ini Ramadanku berbeda, tak ada lagi seorang ibu yang menemani. Sosok hebat itu telah tiada tepat setelah masa kuliahku hampir usai. Ibu meninggalkan tujuh orang anak saat si bungsu masih duduk di bangku SD. Kesedihan mendalam menyelimuti keluargaku. Tapi namanya juga umur, tidak ada orang yang tahu. Semua takdir Allah sudah pasti yang terbaik untuk kita, apa pun itu.
Setelah ibu tiada, akulah yang harus menggantikan posisinya. Berhubung tiga orang kakakku sudah berkeluarga, aku menjadi kakak tertua di rumah. Mengurus semua keperluan dan membantu bapak menjaga adik-adik.
Sama halnya dengan Ramadan kali ini, aku perlu menyiapkan seluruh kebutuhan keluarga. Masak, beberes rumah, menjaga toko serta mengontrol ibadah mereka baik salat ataupun membaca al quran. Ibadah tak lagi fokus untuk diri sendiri dibanding dengan dulu yang hanya memenuhi daftar target pencapaian pribadi. Amanah lain sebagai pengganti seorang ibu harus kujalani.
Advertisement
Banyak Cara untuk Beribadah
Dulu aku sering iri melihat teman yang bisa i'tikaf selama Ramadan, ikut dauroh sana sini, target baca qur'annya lancar. Kayaknya produktif sekali Ramadannya. Kenapa aku tidak bisa? Ikut bukber bareng temen saja kudu menyesuaikan waktu karena harus menyiapkan takjil di rumah.
Baca Al-quran tidak bisa sebanyak dulu karena urusan dapur menumpuk, sedih rasanya. Sempat aku berpikir untuk izin ke bapak ikut dauroh quran. Tapi hati lain berkata bagaimana nanti keadaan rumah. Tidak ada yang menyiapkan kebutuhan keluarga dan membantu bapak. Keresahan antara keinginan dan kewajiban memenuhi pikiranku.
Hingga suatu hari aku curhat pada kakakku panjang lebar. Jawabannya menyentak hati, "Dek, ibadah itu banyak macamnya. Tidak melulu dengan ibadah salat, ngaji dan lainnya. Prioritasmu saat ini lebih besar untuk bakti ke bapak. Allah pasti akan mengganti pengorbananmu dengan pahala yang lebih besar. Jadi jangan sedih."
Seketika pikiranku menjadi cerah dan terbuka, semakin mantap dengan takdir dan prioritasku. Menjalani takdir terbaik dan tetap berusaha beribadah semampuku. "Jalani kehidupanmu dengan usaha terbaik dan prioritaskan ibadahmu agar kau lebih baik."
#ElevateWomen