Fimela.com, Jakarta Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Nisya Aprilia
Bulan Ramadan selalu menjadi bulan yang istimewa di antara bulan-bulan lainnya karena selalu menghadirkan cerita yang berbeda dan penuh makna bagi setiap orang yang menjalankannya. Seperti cerita Ramadanku beberapa tahun yang lalu yang tidak bisa aku lupakan.
Saat itu Ramadan tahun 2015, di mana menjadi Ramadan terakhirku sebagai seorang mahasisiwi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Saat itu aku sedang semangat-semangatnya menjalani kegiatanku sebagai penulis skripsi karena setelah sebulan ujian proposal dan revisi ini itu, akhirnya turun juga SK bimbingan dan bisa lanjut ke skripsi.
Setelah SK bimbingan turun, aku langsung menghubungi kedua dosen pembimbingku dan aku diminta untuk menemui mereka besok pagi. “Alhamdulillah bisa bimbingan ke kedua dosen pembimbingku di hari yang sama, jadi tidak bolak balik," gumamku dalam hati.
Besoknya aku menemui dosen pembimbing 1, ditanya ini itu seputar penelitian juga ada beberapa yang harus di revisi di bab 1, minggu depannya beliau ingin revisi bab 1 selesai ditambah dengan setor bab 2. Hal sama juga dikatakan oleh pembimbing 2.
“Alhamdulillah lancar, dan semoga selalu dilancarkan," gumamku. Aku pun pulang ke kosan dan ingin segera mengerjakan revisi bab 1 dan mencari bahan referensi untuk bab 2 karena saat itu aku sedang semangat-semangatnya menjadi penulis skripsi agar target lulus 3,8 tahun bisa tercapai.
Minggu depannya aku setor revisi bab 1 dan bab 2. Dosen pembimbing 1 membaca dengan seksama bab 1 yang sudah aku revisi dan memberikan pertanyaan seputar ketersediaan data di tempat penelitianku. Tanpa diduga ternyata dosen pembimbing 1 tidak setuju dengan tempat penelitianku karena data yang tersedia tidak mencukupi untukku melakukan penelitian di sana.
Aku diberi dua pilihan, ganti judul atau ganti tempat penelitian. Kedua pilihan tersebut bukan pilihan yang bagus karena dua-duanya akan memperlambat pengerjaan skripsiku. Dosen pembimbing 1 pun menyarankan untuk konsultasi ke pembimbing 2 dan setelah aku konsultasi ke pembimbing 2, beliau menyarankan agar aku ganti tempat penelitian saja karena kalau ganti judul akan sangat merepotkan karena harus mengulang lagi dari awal.
Mau tidak mau aku setuju untuk ganti tempat penelitian karena mau bagaimana lagi data di tempat tersebut tidak begitu mendukung untuk penelitianku. Aku harus berjuang lagi mencari tempat penelitian yang datanya memadai untuk penelitianku dan mencari tempat penelitian pun tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Pikiranku blank saat itu, lebih baik aku pulang saja ke kos untuk istirahat dan menjernihkan pikiran. Maka aku pun pulang naik angkot.
Sore harinya saat aku akan mengambil revisian dari dalam tas, tiba-tiba aku terkejut karena ternyata dompetku tidak ada. Aku panik dan sibuk mencari-cari dompetku tapi tidak ada di kamar kosan, aku pun mengingat-ingat di mana aku letakan dompetku khawatir kalau ketinggalan di kampus. Tapi, selama di kampus tadi aku tidak mengeluarkan dompet dan saat naik angkot pun aku tidak mengeluarkannya karena uang ongkos angkot sudah aku pisahkan. Lalu aku pun bertanya kepada teman sekelas yang tadi sama-sama bimbingan lewat BBM messenger tapi teman-temanku menjawab kalau mereka tidak melihat dan aku sama sekali tidak mengeluarkan dompet selama di kampus.
Aku semakin panik dan bingung kemana perginya dompetku, tidak mungkin juga ketinggalan di tempat print karena aku juga sudah memisahkan uang buat print di saku baju. Tiba-tiba aku teringat akan orang aneh yang mencurigakan saat perjalanan pulang di angkot, seketika aku lemas karena aku baru sadar ternyata dompetku telah dicopet.
“Ya Allah ternyata dompetku kecopetan, mana uangku ada di sana semua, ATM, KTM, KTP juga ada di dompet yang sama, bagaimana buat makan besok?“ keluhku. Untungnya aku sudah membeli stok makanan kemarin sore jadi untuk buka puasa dan sahur nanti. Lalu aku menelepon ayahku dan menceritakan kejadian yang seharian ini aku alami mulai dari harus ganti tempat penelitian skripsi sampai dompetku kecopetan di angkot. Esoknya aku mengurus laporan kehilangan ke kantor polisi dan juga memutuskan untuk pulang dahulu ke rumah dan dijemput oleh ayah.
Sesampainya di rumah aku menceritakan semuanya kepada ayah dan ibuku dan meminta maaf karena target lulus 3,8 tahun tidak bisa aku capai. Beruntung ayah dan ibuku mengerti dan mereka bilang tidak usah terlalu terburu-buru, yang penting hasilnya bisa maksimal.
Advertisement
Ada Hikmah yang Begitu Istimewa
Ramadan 2015 itu benar-benar menguji kesabaranku, seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga, sudah tempat penelitian harus ganti dan target 3,8 tahun gagal tercapai ini malah kecopetan pula. Tapi mau bagaimana lagi, aku selalu berusaha untuk berbaik sangka kepada Allah, mungkin akan ada hal indah yang akan terjadi sebagai ganti dari kesialan ini.
Maka aku harus menerima kenyataan tidak dapat mengikuti sidang skripsi setelah Idulfitri dan harus memperpanjang saru semester lagi, tapi perjuanganku untuk mendapatkan tempat penelitian yang baru tidak berhenti. Aku mulai meminta surat pengantar penelitian ke kampus dan mulai mengirimkan ke suatu bank yang akan menjadi tempat penelitianku. Tak lama kemudian aku diizinkan untuk melakukan penelitian di bank tersebut selama sebulan.
Sebulan telah berlalu, penelitian pun sudah selesai dan data yang diperlukan pun sudah memenuhi. Kini aku mulai kembali untuk bimbingan skripsi, setelah kurang lebih tiga bulan akhirnya skripsiku beres dan bisa mengikuti sidang skripsi tanggal 23 Februari 2015.
Sidang skripsiku berjalan lancar dan mendapat nilai A, juga aku lulus yudisium dengan predikat cum laude. Aku menangis terharu dan benar-benar tidak menyangka bahwa aku bisa menyelesaikan sidang skripsi dengan baik. Beberapa hari kemudian aku mulai mendaftar untuk wisuda sambil menyerahkan revisi waktu sidang. Hingga beberapa hari sebelum wisuda aku mendapat telepon dari pihak kampus agar besok siang datang ke bagian humas kampus.
Esoknya setelah tiba di bagian humas, aku dan beberapa orang yang akan diwisuda tanggal 19 Maret 2015 diberi pengarahan seputar prosesi wisuda nanti. Ternyata aku dan sembilan orang tersebut adalah wisudawan/wisudawati yang orang tuanya mendapat undangan VIP karena IPK kami yang paling tinggi di fakultas dan tugas kami nanti adalah memberikan buket bunga kepada orang tua masing-masing. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa IPK aku paling tinggi di fakultas dan orang tuaku mendapat undangan VIP. Ini benar-benar kejutan.
Hari wisuda telah tiba dan kini sudah berlanjut ke acara memberikan buket bunga kepada orang tua. Aku benar-benar terharu dan bahagia melihat kedua orang tuaku duduk di kursi VIP dan menjadi tamu undangan yang istimewa. Terlihat ada kebanggan di mata kedua orang tuaku dan aku rasa mereka berhak menjadi tamu VIP tersebut karena mereka telah berjuang tanpa henti agar aku bisa kuliah sampai lulus dengan hasil memuaskan.
Ramadan tahun 2015 menyadarkanku bahwa Allah maha tahu kapan waktu terbaik untuk umat-Nya akan datang. Kalau saja waktu itu aku tidak ganti tempat penelitian dan tidak kecopetan, bisa saja aku lulus 3,8 tahun tapi mungkin hasilnya tidak akan maksimal. Allah Maha Adil, kesialan yang aku dapat di Ramadan 2015 Allah ganti dengan kebahagiaan di bulan-bulan berikutnya.
#ElevateWomen