Fimela.com, Jakarta Beberapa tahun yang lalu, Julie Poole menemukan dirinya menderita bipolar dan ia percaya bahwa tidak akan ada orang waras yang ingin berkencan dengan dirinya, sebagai perempuan yang menderita bipolar 1. Julie ingat menerima diagnosisnya dengan jelas, saat itu Mei 2014, ia berusia 33 tahun.
Ia duduk di seberang seorang pria yang belum pernah ia temui sebelumnya, setelah dirawat di rumah sakit tanpa sengaja. Julie dirawat karena ia mencoba melarikan diri dari UGD, hanya mengenakan gaun rumah sakit dan kaus kaki, dengan keyakinannya bahwa manusia bisa terbang.
Advertisement
BACA JUGA
Kakaknya membawanya ke UGD setelah Julie mengumumkan di Facebook bahwa ia bertemu dengan Barack Obama untuk sebuah pertemuan penting. Julie memenuhi syarat untuk bicara tentang perawatan kesehatannya karena ia mengalami gangguan kesehatan mental.
"Anda memiliki bipolar 1," katanya dokternya datar. Julie merasa tersinggung, dokternya baru saja mengatakan bahwa ia bipolar, dirawat di rumah sakit, kehilangan pekerjaannya, dan akan segera menjadi tunawisma.
Diagnosis Julie sebelumnya adalah depresi klinis dan ia tidak ingin menerima sesuatu yang lebih parah daripada itu. Julie menerima diagnosis tersebut selama 6 tahun dan setelah mengalami gejala lagi, akhirnya ia mulai mencari tahu lebih lanjut tentang gangguan kesehatan mental yang ia derita.
Julie mengetahui bawa seseorang dengan bipolar 1 mengalami fase manik yang mencakup psikosis dan delusi. Episode mania Julie berlangsung selama 2 bulan dan selama itu, ia tidak tidur selama 3 minggu.
Advertisement
Awalnya Julie menolak diagnosis bahwa dirinya bipolar
Karena gangguan bipolar 1 memiliki komponen genetik, Julie bertanya kepada ibunya tentang riwayat keluarga mereka. Ternyata, neneknya suka berdandan seperti Liberace dan tanpa memiliki pengetahuan soal musik dalam hidupnya, ia memainkan piano.
Ketika bibinya masih remaja, ia sepenuh hati percaya bahwa David Cassidy jatuh cinta padanya, ia bersumpah mereka bertemu di pantas dan bahwa ia menggambar hati di pasir dengan inisial mereka. Dalam penelitian yang dilakukan Julie, ia belajar bahwa jatuh cinta dengan semua euforia dapat memicu atau bertepatan dengan episode bipolar, atau bisa juga patah hati.
Ini menambah ketakutannya bahwa ia mungkin tidak akan pernah sehat secara mental untuk menjalani hubungan romantis dengan orang lain. Di usia 40 tahun, satu-satunya hubungan romantis Julie melibatkan cinta tak berbalas.
Hal paling romantis yang pernah dilakukan oleh Julie adalah memberi seorang pria yang sangat ia cintai di sekolah menegah, silet yang akhirnya digunakan Julie untuk memotong lengannya sendiri. Tidak heran jika kemudian rumor menyebar dengan cepat bahwa Julie adalah seorang psiko, sebuah kata yang akhirnya memengaruhi cara Julie memandang dirinya sendiri dalam jangka panjang.
Pada saat ia berusia 17 tahun, ia telah dirawat di rumah sakit sebanyak 3 kali, namun ia bersyukur tidak pernah mencoba bunuh diri. Bulan Desember 2020, Julie mulai menghadiri komunitas pendukung penyakit mental yang tidak hanya membantunya menerima diagnosis, namun juga membuat Julie akhirnya menemukan orang yang bisa memahami bagaimana rasanya hidup dengan penyakit mental.
Julie menjalani terapi selama bertahun-tahun, namun ia tidak pernah merasakan kebersamaan. Selama 6 tahun menstabilkan emosinya dengan koktail dan obat-obatan yang dapat ditoleransi, Julie tidak menemukan orang yang menarik lagi.
Julie belajar untuk menerima dan mencintai dirinya
Keluar dari rumah sakit tidak berarti memiliki dorongan seks, namun hal itu menambah keyakinan bahwa ia mungkin tidak akan pernah berada dalam sebuah hubungan yang normal. Beberapa bulan lalu, Julie menemukan dirinya menyukai sesama anggota komunitas.
Ia adalah pria baik hati, pendengar yang baik, dan memiliki rahang yang kuat, serta bagus. Perasaan itu lemah, tapi ia mulai berpikir tentang seberapa besar faktor kepercayaan dan kerentanan ketika mencoba banyak hal baru, terutama berkencan.
Bukannya ia membayangkan dirinya jatuh cinta dengan orang itu, tapi itu menanamkan benih bahwa hal seperti itu mungkin terjadi. Dari kesadaran inilah, Julie mulai membangun dukungan sosial, dari teman, keluarga, komunitas, dan konseling.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah mengakui bahwa dirinya kesepian. Kedua, ia menumbuhkan hubungan yang sudah ia miliki, merasakan hatinya sedikit terbangun.
Ketika, ia membayangkan jenis pasangan yang ia inginkan dalam hidupnya, kualitas seperti apa, kesepakatan seperti apa, dan apakah orang tersebut bersedia menerima kondisi Julie. Julie kemudian menyadari bahwa ia tidak akan bisa mencintai orang lain, sampai ia bisa mencintai dirinya sendiri.
Setahun terakhir ini, ia telah belajar bahwa ia tidak perlu menunggu sampai ia menjadi sosok yang sempurna, mencintai diri sendiri, berpikiran sehat, percaya diri, dan siap menjalin hubungan, sehingga ia mengambil langkah kecil setiap saat ia bisa. Julie sedang dalam proses menyembuhkan dirinya sendiri.
#Elevate Women