Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Widya Yustina
Tahun ini merupakan Ramadan kedua yang terasa sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Adanya krisis pandemi yang menyebar ke seantero pelosok negeri mengubah kebiasaan warga selama bulan Ramadan. Sebelumnya sama sekali tak kusangka, virus corona akhirnya bisa sampai juga ke desaku. Sebuah desa yang sebetulnya lokasinya cukup terpencil di Kabupaten Pangandaran, wilayah yang cukup terkenal karena keindahan pantainya.
Ketika memutuskan kembali ke kampung halaman karena wilayah yang kutempati di Bandung telah berubah menjadi zona merah kupikir situasi akan menjadi jauh lebih aman. Namun, ternyata penyebaran virus yang semula berasal dari Wuhan, Cina, ini berhasil juga menjejakkan kakinya ke Pangandaran.
Satu per satu kabar tentang warga desa yang terkena positif corona mulai bertambah, anak-anak sekolah yang biasanya bebas main ke sawah dan ke pantai terpaksa harus diam di rumah. Baru-baru ini, salah seorang kerabat dekatku pun telah dinyatakan positif corona dan harus menjalani isolasi mandiri. Kabar ini cukup mengejutkan keluarga, namun harus dihadapi dengan tabah. Kami tinggal di dusun yang berbeda, saling bergantian menyuplai makanan, dengan cara meletakkan bahan pangan makanan itu hanya sampai di gerbang rumah.
Â
Advertisement
Ada Perbedaan tapi Tetap Semangat Jalani Puasa Ramadan
Selama bulan puasa Ramadan, kebiasaan yang telah lama berlangsung yaitu ngabuburit pun ditiadakan. Seluruh warga desa berusaha beradaptasi dengan kebiasaan baru sejak pandemi. Para petani, penjual ikan, pedagang di pasar mengenakan masker, tak terkecuali tukang ojek pangkalan. Semua saling menjaga jarak. Suasana desa menjadi semakin sepi. Kalau dulu, menjelang berbuka, anak-anak remaja biasanya ramai berseliweran, menggunakan motor bebek, mengantar makanan dari rumah ke rumah lalu nongkrong sembari membeli takjil di warung makan.
Saat ini, karena adanya aturan social distancing yang kian diperketat, cukup saling berkabar melalui telepon genggam saja. Itu pun terbatas karena tak semua warga desa memiliki alat canggih komunikasi. Hal yang paling mencolok mungkin adalah dari jumlah barisan jamaah tarawih di masjid yang semakin berkurang. Warga rata-rata lebih memilih untuk solat berjamaah di rumah, termasuk keluargaku. Sedangkan, bagi jamaah yang tetap datang ke masjid, harus menerapkan aturan protokol kesehatan secara ketat.
Krisis pandemi yang tengah melanda negeri ini memang telah mengubah berbagai sisi kehidupan namun jangan sampai membuat surut semangat dalam beribadah. Masih banyak kegiataan lain yang dapat dilakukan selama berpuasa di rumah saja. Memperbanyak zikir, taddabur ayat-ayat Allah, membaca buku, menonton ceramah secara live streaming masih bisa dilakukan sambil menunggu waktu berbuka. Sementara kegiatan bersedekah dan membayar zakat juga bisa dilakukan secara online.
Bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Sebuah momentum tepat untuk berinterospeksi, melatih kesabaran, dan menguatkan kembali iman dan kepercayaan kepada Sang Pencipta. Tidaklah sebuah bencana terjadi melainkan sebagai sebuah ujian atau akibat ulah perbuatan manusian itu sendiri. Apa pun peristiwa yang terjadi, tetap mengandung hikmah yang senantiasa dapat dipetik oleh kita semua.
Â
#ElevateWomen