Fimela.com, Jakarta Tidak pernah terbayangkan oleh Monique Morris, perawat berusia 38 tahun bahwa dirinya tidak bisa bernapas di tengah malam pada Maret 2020. Saat itu merupakan gelombang pertama pandemi dan Monique menjadi perawat yang memberikan perawatan pernapasan kepada pasien COVID-19.
Meski ia tidak mengalami demam dan kadar oksigennya normal, ia tahu bahwa tidak ada yang beres pada tubuhnya. Monique pun melakukan rontgen dada yang menunjukkan adanya flek pada paru-paru. CT Scan pun menunjukkan bahwa itu bukan kanker paru-paru melainkan pneumonia COVID-19 yang pekat.
Advertisement
BACA JUGA
Dokter memberikan opsi pada Monique untuk rawat inap atau isolasi mandiri di rumah. Ia pikir karena dirinya perawat sehingga ia akan baik-baik saja jika minum antiobiotik, steroid dan menggunakan inhaler jika di rumah. Namun nyatanya, Monique tidak dapat bertahan di rumah tidak sampai 24 jam.
Oksimeter di rumahnya bahkan menunjukkan bahwa kadarnya tidak di atas 88% dengan detak jantungnya tidak di bawah 120. Namun, Monique bahwa tubuhnya sedang dalam masalah. Ketika tidak kunjung membaik, Monique dipindahkan ke ICU dan dipasangkan ventilator. Saat itu, 80% pasien yang sudah menggunakan ventilator tidak akan pernah lepas hingga kematian menjemput.
Â
Advertisement
Dukungan dari keluarga dan kerabat
"Mereka membius saya, dan melumpuhkan saya, dan menahan saya. Saya menggunakan ventilator selama sembilan hari. Saya sangat sakit sampai hampir mati," ungkap Monique.
Tidak ada yang tahu bahwa Monique telah menikah, kecuali manajernya. Sehingga sebuah pesta pernikahan telah dipersiapkan untuk dirayakan bersama teman dan keluarga pada Agustus 2020. Namun ketidakmampuan Monique untuk bernapas membuatnya optimis untuk bisa hadir di pesta pernikahannya.
"Saya ingat pernah berkata pada diri sendiri, 'Bernapaslah Monique, bernapas saja. Aku tidak bisa. Sulit. Setiap detik aku berusaha keras untuk bernapas," cerita Monique.
Keajaiban pun terjadi dengan ventilator yang akhirnya terlepas dari tubuh Monique. Satu-satunya yang dapat dipikirkannya saat itu adalah kembali ke rumah. Menjalani kehidupan yang sudah seharusnya dijalani bersama anak-anak yang mungkin sebenarnya sudah mereka miliki jika Monique tidak terinfeksi COVID-19.
Â
Bagikan cerita ke masyarakat
Monique harus menjalani terapi fisik ekstensif untuk belajar berjalan lagi. Keluarganya tidak ingin ia kembali bekerja di bidang medis tetapi dia bertekad untuk kembali merawat pasien.
Monique pun telah menerima vaksinasis secara utuh. Kini dia membagikan kisahnya dan menyaring pasien yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin sebelum mereka keluar dari rumah sakit.
"Setahun yang lalu, saya berada di rumah sakit berjuang untuk hidup saya. Masih banyak orang yang belum mengalaminya sejauh itu, dan mereka tidak menganggap vaksin itu perlu. Tapi untuk satu orang pun saya dapat menjangkau. mendidik dan menginspirasi untuk melakukan yang terbaik bagi keluarga mereka, itu sangat berarti bagi saya, "katanya.
Â
Advertisement
Simak video berikut ini
#Elevate Women