Fimela.com, Jakarta Sudah berusia di atas 30 tahun dan belum menikah? Bagi kita yang berada dalam posisi ini mungkin sering mendapat tatapan atau anggapan aneh. Seorang perempuan dianggap "tidak laku" atau bahkan terancam mendapat julukan perawan tua seumur hidupnya jika tak kunjung menikah. Belum lagi dengan kejaran "jam biologis" yang makin membuat seorang perempuan tertekan karena dianggap akan tidak lagi berfungsi dengan baik jika tak kunjung menikah dan punya anak di usia yang sudah dianggap matang.
Sudah menikah tapi tak kunjung punya anak? Banyak cap negatif yang langsung disematkan pada seorang perempuan. Menikah dan menjadi ibu pekerja? Dianggap tidak sayang anak. Menikah dan meninggalkan pekerjaan? Dianggap terlalu manja. Memilih untuk tidak menikah dan tidak berencana punya anak? Dianggap egois. Sudah bekerja dan punya penghasilan lebih tinggi dari suami? Dianggap terlalu mendominasi. Ah, susah sekali ya jadi perempuan.
Advertisement
BACA JUGA
Menjadi seorang perempuan kita akan dihadapkan pada banyak persoalan pelik. Apalagi bila kita berada di tengah masyarakat yang masih kental unsur patriarkinya, maka boro-boro bisa tenang menjalani hidup, kita akan terus dihadapkan pada banyak tekanan dan dilema di setiap pilihan yang kita ambil. Meskipun begitu, kita sebagai perempuan tetaplah punya kekuatan yang luar biasa di dalam diri kita. Kita bisa menghadirkan sosok serigala betina dalam diri kita. Kita bisa menjadi sosok perempuan yang kuat dan berdaya serta bahagia dengan cara kita sendiri.
Advertisement
Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan
Judul:Â Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan
Penulis: Ester Lianawati
Penyunting: Muhammad Aswar
Pemeriksa aksara: Dyah Permatasari
Penata Isi: Azka Maulana
Ilustrator sampul: Hidayatul Azmi
Cetakan keempat, Januari 2021
Penerbit Buku Mojok Group
Bagaimana rasanya menyelidiki jiwa sendiri? Sekian lama saya merasa tidak benar-benar memiliki masalah. Namun ketika momen itu datang, ketika saya melihat jauh ke dalam diri, saya merasa sangat bermasalah dengan diri saya. Betapa selama ini saya hanya patuh dan tunduk pada apa yang ditetapkan masyarakat. Untuk menjadi anak penurut, tidak melawan orang tua, sayang pada ayah dan ibunya, anak baik, anak yang sempurna. Persis seperti pesan-pesan yang disampaikan kepada seorang anak saat berulang tahun.
Menyelidiki diri bukan proses yang nyaman. Kita diajak untuk kembali menghadapi luka-luka yang pernah kita alami, yang kita coba sembunyikan, yang kita tutupi dengan plester agar tidak terlihat padahal plester itu sama sekali tidak menyembuhkan. Menyelidiki diri membuka kelemahan-kelemahan kita, memunculkannya ke permukaan, dan ini sangat tidak mengenakkan.Tapi percayalah, hanya penyelidikan diri yang mampu mengantarkan menuju kebebasan.
Buku ini adalah perpaduan teori psikologi dan feminisme dengan hasil penyelidikan diri, dari mereka yang telah mempercayakan kisah hidupnya kepada saya, dan juga dari diri saya sendiri.Ya, psikolog yang bukunya tengah kamu baca ini adalah dia yang juga pernah menjadi perempuan naif, yang pernah punya kompleks, yang pernah terkungkung dalam nilai-nilai patriarkis.
Selamat menyelidiki diri, selamat menemukan kekuatan yang sudah menantimu di sana. Bisa jadi itu kekuatan si penyihir, karena mungkin kamu adalah cicit-cicit penyihir yang selamat dari perburuan penyihir beberapa abad lalu. Mungkin juga kamu akan menemukan kekuatan serigala betina yang ada dalam diri setiap perempuan. Apa pun itu, bersiaplah menemukan kekuatan yang membebaskan jiwa.
***
"Tidak ada otak perempuan dan otak laki-laki. Otak manusia lebih menyerupai mosaik gender, demikian Daphna Joel dan Luba Vikhanski menegaskan dalam buku Gender Mosaic: Beyond the Myth of the Male and Female Brain (2019)." (hlm. 91)
Esai berjudul "Otak, Seks, Ideologi" dalam buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan mengungkap banyak hal menarik terkait pemahaman soal pembedaan pria dan perempuan yang berkembang dari waktu ke waktu. Saat kita terlalu terpaku pada konsep terlahir berbeda sebagai pria dan perempuan, pemahaman kita malah akan makin sempit. Seperti soal perbedaan otak pria dan perempuan. Karena ada perbedaan pada otak pria dan perempuan, sempat ada pemahaman "paten" bahwa pria sulit mendengarkan dan perempuan tidak pandai membaca peta. Perempuan lebih cerewet dan pria lebih senang berkompetisi.Â
"Teori-teori yang menyatakan bahwa semua ditentukan sejak usia dini, sebelum usia enam tahun, kini sudah menjadi teori kuno. Otak manusia adalah organ dinamis yang berevolusi sepanjang hidup." (hlm. 97)
Pengalaman seseorang akan memengaruhi fungsi otak. Tiap orang tidak memiliki otak yang sama. Membedakan kemampuan seorang perempuan dan pria dengan landasan "perbedaan struktur otak" bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan mudah begitu saja. Ada begitu banyak aspek dan penelitian terkini yang perlu dikupas lagi.
Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan berisi esai-esai yang informatif, inspiratif, dan menggugah terkait dunia perempuan. Kita diajak untuk ikut mendiskusikan berbagai macam teori psikologi feminis, perkembangan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan perempuan, dan juga membuka wawasan kita lebih dalam lagi soal diri kita sebagai perempuan.Â
Bagian pertama buku ini membahas feminisme dalam konteks sejarah psikologi. Lalu, bagian kedua membahas feminisme di kehidupan sehari hari. Bagian ketiga lebih fokus pada kekerasan terhadap perempuan. Setiap tulisan disampaikan dengan sangat runut, dilengkapi dengan bukti-bukti penelitian terkini dan fakta-fakta yang mendukung setiap topik tulisan.Â
Buku ini benar-benar sangat penting untuk dibaca oleh semua perempuan. Kita akan lebih memahami soal kompleksitas kehidupan yang akan kita jalani sebagai perempuan, sekaligus menemukan kekuatan dan keberanian untuk menjadi perempuan yang berani membuat pilihan terbaik dalam hidup.Â
"Ada serigala betina dalam diri tiap perempuan.... Jika banyak perempuan tidak menyadarinya, itu karena keliaran perempuan sejak lama ditekan oleh masyarakat."Â
#ElevateWomen