Fimela.com, Jakarta Studi yang diterbitkan Frontiers in Psychology menemukan, banyak orang yang mengalami mimpi buruk terkait pandemi, atau yang para ahli sebut sebagai 'quaradreaming'.
Dr. Raj Dasgupta, seorang spesialis tidur sekaligus asisten profesor kedokteran klinis di Keck School of Medicine di University of Southern California mengungkapkan, perubahan kebiasaan tidur memang kerap muncul selama pandemi COVID-19 akibat stres.
"Ini adalah sesuatu yang telah kami lihat dalam peristiwa traumatis lainnya yang terjadi di seluruh dunia dan di negara kami. Jadi fakta bahwa kami mengalami lebih banyak mimpi buruk selama pandemi ini tidak mengejutkan saya." kata Raj Dasgupta, dilansir CNN Health.
Advertisement
Senada dengan hal tersebut, sebuah studi yang diterbitkan pada Juni 2020 terhadap 100 perawat Tiongkok menemukan 45 persen orang mengalami mimpi buruk di antaranya mengalami mimpi buruk dengan berbagai tingkat kecemasan dan depresi. Mimpi buruk ini terus berlanjut karena adanya karantina dan penguncian wilayah secara berkelanjutan.
BACA JUGA
Penyebab 'Quaradreaming'
Ketika tidur, seseorang mengalami masa tidur mendalam atau yang disebut dengan Rapid Eye Movement (REM). Michael Breus, seorang psikolog klinis dan spesialis tidur mengatakan, REM biasanya terjadi di bagian akhir malam, tepat sebelum seseorang bangun tidur.
"Ketika mendapat lebih banyak REM selama masa-masa stres, ini memungkinkan Anda bermimpi buruk. Kami menyebut fenomena ini 'quaradreaming," tambah Breus.
Tak hanya itu, mimpi buruk juga bisa disebabkan oleh tragedi traumatis. Dalam sebuah penelitian menemukan 9 dari 11 tenaga medis mengalami mimpi buruk yang intens setelah merawat pasien kritis akibat wabah Ebola yang terjadi pada 2014 hingga 2016 di Guinea, Afrika Barat.
Advertisement
Cara mengatasi 'quaradreaming' selama pandemi
Rebecca Robbins, seorang ilmuwan rekanan di Rumah Sakit Wanita dan Brigham di Boston yang mempelajari tidur, menuturkan orang-orang yang mengalami mimpi buruk secara berkelanjutan dapat menyebabkan perasaan putus asa dan depresi.
"Terutama jika mereka sangat mengganggu dan berkelanjutan, maka itu harus segera dikonsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan," ujarnya.
Untuk mencegah 'quaradreaming' terjadi secara berkelanjutan, berikut beberapa tips yang bisa dicoba.
1. Jaga suhu kamar tetap sejuk
Robbins mengatakan, jika tubuh terlalu hangat dapat memicu seseorang mengalami mimpi buruk yang mengganggu. "Jika kami memberikan selimut penghangat pada orang-orang selama tidur, kami menemukan mimpi itu lebih menakutkan, sedikit lebih banyak dalam kategori mimpi buruk, dan tidur lebih terfragmentasi," ujar Robbins.
Sementara jika tidur di tempat yang dingin, Robbins mengungkapkan kemungkinan akan mengalami mimpi buruk yang dikaitkan dengan depresi, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya.
2. Periksa obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan halusinasi hingga mimpi buruk. Salah satunya seperti obat tekanan darah yang disebut beta-blocker, dapat memengaruhi cara otak menangani norepinefrin, neurotransmitter yang bertanggung jawab atas respons "lawan atau lari" kita terhadap stres.
"Beberapa antihistamin, antidepresan, alat bantu tidur, statin, dan obat lain juga dikaitkan dengan mimpi yang mengganggu.Minum alkohol dan menggunakan barbiturat bisa melakukan hal yang sama." kata Robbin
3. Perbaiki pola tidur
Beberapa orang terutama remaja, kerap kali begadang sampai jam 1 hingga 2 pagi. Padahal menurut Dasgupta, pola tidur yang berantakan berpengaruh pada masalah kesehatan lainnya seperti pola makan, pencernaan, hormon tubuh, dan siklus tidur-bangun.
Studi terhadap pekerja shift, yang bekerja dengan jam kerja yang tidak biasa, menunjukkan bahwa mereka berisiko tinggi terkena penyakit jantung, maag, depresi, obesitas, dan kanker tertentu.
Studi lain menemukan bahwa pola tidur yang berantakan, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dua kali lipat selama periode lima tahun. Semakin banyak hari Anda tidur tidak teratur, maka semakin tinggi risikonya.
4. Pikirkan mimpi yang baik sebelum tidur
Agar tidur menjadi lebih nyenyak, singkirkan ponsel dan laptop yang memancarlan cahaya biru dua jam sebelum tidur. Alihkan dengan aktivitas menenangkan seperti mandi air hangat, peregangan santai, yoga atau meditasi untuk menenangkan kecemasan dan membersihkan otak dari stres.
kamu juga bisa memberi sinyak kepada otak tentang apa yang harus diimpikan. Menurut studi, memikirkan mimpi yang baik sebelum tidur memungkinkan Anda memiliki mimpi serupa, dan juga memperkecil kemungkinan kamu mengalami mimpi buruk.
Penulis: Hilda Irach