Fimela.com, Jakarta Terkadang ketika seseorang ingin membangun sebuah bisnis, dimulai dari suatu ide yang besar. Padahal ide itu akan tercetus dengan sendirinya dengan cara yang sangat sederhana. Seperti Eatlah, sebuah bisnis di bidang kuliner yang lahir dari makanan favorit Charina Prinandita selaku Co-Founder Eatlah, ketika ia bersekolah di Singapura.
"Dulu saya sekolah di Singapura dan suka sekali dengan makanan yang namanya salted egg chicken rice. Begitu saya pulang ke Indonesia, saya kangen sekali tetapi tak menemukan makanan itu di Indonesia. Akhirnya tercetuslah Eatlah. Saya ingin teman-teman di Indonesia ikut mencicipi kenikmatan dari salted egg chicken rice ini di Indonesia, " kata Charina dalam acara ShopeePay Talk yang bertajuk Kiprah Sukses Para Perempuan Hebat di Balik Bisnis & Industri, Rabu (17/3).
Begitu Charina menyelesaikan pendidikannya di Singapura, dia mencoba mengembangkan resepnya untuk memasak salted egg chicken egg rice sendiri. Hingga pada akhirnya, dia berhasil menjualnya lewat lewat katering-katering rumahan. Dari sinilah sebenarnya yang menjadi awal bisnis kuliner tersebut di mulai.
Advertisement
"Mungkin banyak orang yang berpikir Eatlah sekarang sudah punya 32 cabang karena cita-citanya ingin jadi besar. Padahal tidak, dulu saya juga memulainya dari masak di kompor sendiri. Bahkan dengan modal yang tidak begitu besar," ujarnya.
Advertisement
Eatlah hadapi pesaing dengan berkolaborasi
View this post on Instagram
Selama pandemi, Charina melihat adanya peningkatan usaha-usaha di bidang F&B, ditambah dengan perekembangan teknologi yang mempermudah usaha kuliner menjalankan usahanya dengan online delivery.
Namun, menurutnya persaingan bukanlah menjadi tantangan untuk usahanya. Bagi Charina, semua usaha pasti memiliki market atau pasar-pasarnya sendiri-sendiri.
"Semua usaha pasti ada marketnya sendiri-sendiri. Saya merasa di masa Pandemi saat ini kenapa sih kita harus bersaing dengan pemain F&B di Indonesia, mengapa tidak kita saling kolaborasi? Itulah topik yang Eatlah coba highlight, jadi kami mencoba mengajak pemain F&B lain untuk berkolaborasi dengan Eatlah," ujarnya.
Eatlah sendiri telah menjalin kolaborasi dengan salah satu usaha F&B yang cukup besar di Jakarta yaitu Benedict. Benedict merupakan bisnis F&B dibawah The Union Group yang menyediakan hidangan sarapan, penutup, dan kopi sepanjang hari. Namun karena pandemi Covid-19, usaha tersebut mengalami dampak yang signifikan karena adanya aturan larangan berkumpul dan membuat kerumunan massa.
Sedangkan Eatlah termasuk satu brand yang bergantung pada online delivery, sehingga Eatlah cepat beradaptasi dengan situasi pandemi. "Karena itu, Eatlah berusaha merangkul Benedict untuk melakukan kolaborasi, dengan menciptakan produk bersama yang dijual bersama di platform Eatlah. Karena Eatlah memiliki 32 titik cabang yang dimana produk ini bisa dijual pada massa yang lebih banyak, jadi win-win solution," kata dia.
Setelah berhasil membuka 32 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, Charina mengungkapkan Eatlah akan segera menjajahi kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Yogyakarta, hingga Bali.
Penulis: Hilda Irach