Fimela.com, Jakarta Tulisan kiriman Sahabat Fimela.
***
Oleh: C
Advertisement
Lima-enam tahun lalu saya yakin bahwa saya tidak ingin menikah. Sama sekali bukan karena saya berasal dari keluarga yang tidak utuh, sama sekali bukan. Saya hanya merasa saya merupakan seorang perempuan yang independen, tetapi tidak mau berkomitmen.
Bayangkan saja, bagaimana rasanya berkomitmen mencintai seseorang lain yang di luar diri kita setiap hari? Berkomitmen selalu ada untuknya di saat susah, di saat senang, sakit, serta sehat? Bayangkan bagaimana rasanya setiap hari tinggal bersamanya, memulai dan mengakhiri hari di sisinya? Berkomitmen mengucapkan “I love you” setiap hari. Dulu, saya dan sahabat saya pernah bicara berdua, “Apa tidak bosan ya, hidup bersama orang yang sama setiap hari, dan mengucap cinta setiap hari juga?”
BACA JUGA
Advertisement
I Love You
Sepertinya kami berdua harus menelan karma. Untungnya karma baik. Sebagai sesama perempuan yang tadinya enggan menikah, kami justru menjadi yang pertama menikah di usia relatif muda.
Saya, pada usia pernikahan yang baru seumur jagung, ternyata terbiasa mengucapkan, “I love you,” pada pasangan saya. Setiap hari, tanpa merasa bosan. I love you tidak menjadi murah karena diucapkan setiap hari, tetapi malah semakin berarti. Saya mencintai kamu, hari ini, besok, dan setiap hari.
I’m Happy with You
Sekali-dua kali saya iseng bertanya pada pasangan saya, “Kamu menyesal tidak menikah denganku?” Ia tidak menjawab dengan ya atau tidak, katanya, “I’m happy with you.” Hal yang sama saya katakan padanya. Saya juga bahagia bersama dengannya.
Saya beruntung menikah dengan orang yang tepat yang tidak membuat saya kehilangan independensi. Bersamanya, komitmen tidak lagi menakutkan. Bicara cinta dan hidup bersama ternyata tidak membosankan. Mencintainya setiap hari adalah bahagia bagi saya.
#ElevateWomen