Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Gabriella Gebby
Setiap bangun tidur, aku selalu bercermin sambil tersenyum pada diriku sendiri. Mungkin kelihatannya aneh, tapi kegiatan ini sangat menyenangkan. Ketika aku merasa bahagia aku akan selalu tersenyum dan hal itu yang akan aku lihat pada pantulan diriku dicermin, sedangkan jika aku merasa sedih aku tidak akan mau melihat bayanganku sendiri. Aku menyadari bahwa aku semakin bersyukur atas diriku sendiri saat ini.
Kadang, aku teringat bahwa untuk sampai di tahap ini, tahap yang mana aku bisa menerima kekurangan dan kelebihan diriku, aku pernah melalui toxic relationship dengan seseorang yang dulu aku pikir hanya satu-satunya yang menerimaku.
Sampai sekarang masih teringat kata-katanya, “Nggak ada orang di dunia ini yang mau nerima lo selain gue.” Entah kenapa aku saat itu sangat takut kehilangan dia dan di pikiranku tidak ada orang lain yang mau bersamaku pada masa depan.
Bukan tanpa sebab, aku bukan perempuan yang didambakan banyak laki-laki. Aku hanya perempuan dengan tampilan sederhana dan tidak menarik, ditambah lagi aku bukan tipe orang yang mudah bergaul. Karena itu, penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki harus sesuai dengan keinginannya, hampir setiap hari waktu yang aku punya hanya untuk bersama dia, interaksiku dengan orang lain sangat dibatasi, bahkan apa pun yang aku lakukan selalu dianggap sedang menghianati dia.
Advertisement
Kembali Lebih Mencintai Diri Sendiri
Berkali-kali teman baikku mengingatkan untuk lepas dari dia setiap melihat bekas cakar maupun lebam di tanganku. Emosinya memang susah untuk dikontrol ketika melihat ada satu nama laki-laki di kontakku yang bukan keluargaku, padahal kami hanya teman kelompok belajar.
Kemarahan lain yang sulit aku kontrol ketika aku mulai belajar bergaul dengan orang lain atau hanya sekadar jalan-jalan di mal bersama teman-teman perempuanku. Kadang aku mencoba untuk lepas dari dia tapi akhirnya aku selalu memaafkannya karena aku malu untuk kembali pada teman-temanku setelah aku menjauhi mereka selama ini dan dipikiranku hanya dia yang akan menerimaku.
Hubungan ini akan selalu menyakitkan apabila kami masih terus bersama, rasanya sulit sekali untuk lepas, tetapi Tuhan jauh lebih menyayangiku. Sampai suatu saat seorang teman mengirimkanku pesan, “Aku ngeliat pacarmu bareng si X di balkon.” Aku terkejut dan segera datang ke rumahnya untuk meminta kejujuran. Ternyata benar apa yang dikatakan temanku. Rasanya sakit menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan rasa gelisah dan kesedihan, bahagia hanya sedikit aku rasakan dihubungan ini. Aku menyesal tidak menghargai momen untuk membahagiakan diriku dan orang-orang terdekatku.
Tuhan memberikanku pelajaran berharga untuk berhenti dari hubungan yang membuatku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri. Aku perlahan mencoba untuk mencintai diriku, mengeksplor hal-hal yang tidak bisa aku lakukan dulu, dan berinteraksi dengan banyak orang. Aku percaya untuk dapat menghargai dan mencintai orang lain, aku harus belajar untuk menghargai dan mencintai diriku sendiri. Aku berharap teman-teman yang mungkin sekarang sedang terjebak dalam toxic relationship untuk mengingat bahwa kamu berharga dan layak untuk dicintai dengan tulus.
#ElevateWomen