Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Yuniar
Tahun 2021 ini, tepatnya di bulan April nanti adalah 10 tahun pernikahan saya dan suami. Tak terasa perjalanan keluarga kecil saya telah melewati 1 dekade, dan selama 10 tahun sudah saya dan suami tinggal bersama mertua saya. Banyak alasan mengapa kami memilih untuk hidup bersama orangtua kami, terlebih saya, sudah melewati berbagai rasa hidup berdampingan di Pondok Indah Mertua.
Bukan perkara mudah, ketika masalah rumah tangga kami tiba, mertua terkadang ikut andil. Namun, sekali lagi, saya sangat menghormati orangtua suami saya layaknya orangtua sendiri. Hal pertama kali yang membuat saya terharu kepada mama mertua saya adalah ketika beliau menceritakan betapa sedihnya beliau harus kehilangan anak pertamanya, abang dari suami saya. Suami saya anak ke 3 dari 4 bersaudara.
Bagi kami orang Batak, anak pertama dan cucu pertama adalah "harta" penerus keturunan yang menjadi kebanggaan keluarga. Anak Pertama mertua kami "hilang" di laut, ketika bekerja sebagai ABK di sebuah perusahaan kelautan di luar negeri. Tahun 2004 bulan Desember Ketika tsunami di Aceh melanda Indonesia, kapal laut yang membawa awak kapal abang ipar saya hilang di Perairan Samudra Atlantik. Singkat cerita, suami saya pun secara tidak langsung menggantikan posisi abang sebagai anak penerus marga dari keluarga suami saya.
Mama mertua tipe orangtua yang sangat resik dan pintar memasak. Karakternya sangat keibuan dan tidak segan menegur saya ketika saya melakukan kesalahan. Semua sifat yang saya miliki berbanding terbalik dengan sifat mama mertua,
Hingga pada suatu hari, ketika saya positif hamil anak pertama, berangsur-angsur, mama mertua saya pun mulai memahami sifat saya. Tak menampik, kami pun yang terkadang berbeda argumen memiliki kedekatan tersendiri.
Mama mertua sudah saya anggap seperti mama saya sendiri. Beliau begitu tulus memberikan perhatian kepada saya ketika saya menjadi mama baru dan tidak tahu harus berbuat apa ketika mengurus bayi.
Advertisement
Ibu Mertua yang Kusayangi
Beliau selalu menyediakan nutrisi terbaik buat saya dan anak saya, tidak pernah menceritakan sifat-sifat buruk saya kepada siapa pun, bahkan terkadang memuji sifat saya dalam mengurus rumah tangga. Begitu pun ketika saya hamil anak kedua, perhatian dan kasih sayang mama mertua kepada saya makin bertambah.
Menurut saya pribadi, beliau tidak pernah merasa lelah harus mendampingi tumbuh kembang cucunya ketika kami bekerja di luar. Karena menurut mertua saya, anak saya adalah cucu penerus keluarga dan sangat bahagia ketika saya dapat memberikan cucu laki-laki dan perempuan, seperti menambah kesempurnaan kebahagian tersendiri untuk mertua saya.
Salah satu alasan kenapa saya bisa hidup berdampingan dengan mama mertua adalah selalu mengganggap bahwa mertua itu orangtua kita. Tidak mudah memang. Namun, percayalah, orangtua di mana pun berada selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Kita pun harus demikian sebagai anak, usahakan memberi yang terbaik bagi orangtua, karena dengan demikian, mereka pun akan memberi yang lebih baik. Walau terdengar klasik, namun itulah yang selama ini saya lakukan.
Saya pun berharap suatu saat nanti bisa seperti mama mertua saya, bisa memberikan segala yang terbaik bukan hanya untuk anak, namun juga untuk menantu juga. Tidak berlebihan bila saya mengatakan mama mertuaku malaikatku. Semoga mertuaku selalu sehat dan bahagia di masa senjanya, melihat mereka tersenyum dan tertawa adalah doa kami semua anak anaknya, Tuhan memberkati.
#ElevateWomen