Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Angelina Rizky Vitasari
Kebanyakan orang menganggap kisah cinta di masa sekolah hanya sebuah cinta monyet yang tidak perlu dibawa perasaan terlalu dalam. Namun, sepertinya hal tersebut tidak bisa aku terapkan dalam hidupku.
Aku yang saat ini masih sendiri di usia ke 27 tahun, masih tetap menyimpan rasa pada seorang laki-laki yang pernah hadir di akhir masa SMA-ku. Ini bukan pilihanku untuk menjalani hidup seperti ini. Banyak yang berkata aku tidak mau move on atau aku tidak mau membuka hati lagi. Ya itu terserah apa kata mereka saja, karena bagaimanapun mereka tidak tau usaha apa saja yang sudah aku lakukan untuk mencari pasangan dalam hidupku.
Kisah Cintaku
Cerita cinta ini berlangsung selama 3 tahun, dimulai saat pertemuanku dan dia dalam satu kelas yang sama. Bisa dikatakan ini pertama kali aku tertarik dengan seorang laki-laki dan aku mendapat balasan yang sama untuk perasaanku. Hubungan ini berjalan hingga kita berada di satu universitas yang sama dan sama-sama jauh dari kedua orang tua. “Dunia seakan milik berdua,” itulah istilah yang tepat mewarnai hubungan kami selama 3 tahun di tempat perantauan.
Satu hal yang menarik dalam hubungan yang aku jalani ini yaitu perbedaan agama di antara kami. Aku seorang katolik dan dia seorang muslim. Namun perbedaan ini tidak pernah menjadi masalah dalam hubungan kita. Konflik-konflik yang terjadi dalam hubungan kami lebih banyak dilatarbelakangi karena kita sama-sama keras kepala, hal ini mungkin dikarenakan kami seumuran.
Sebagai seorang perempuan, akulah yang memiliki keinginan paling keras untuk tetap bersama dia sampai ikatan perkawinan. Namun aku sadar bahwa itu tidak mudah untuk diwujudkan. Aku anak tunggal dan dia anak pertama dalam keluarganya, cukup berat jika kami tetap memaksakan hubungan ini berakhir dalam sebuah ikatan perkawinan. Aku dan dia sama-sama percaya bahwa mengorbankan keyakinan iman demi cinta di dunia itu bukan sebuah solusi. Bisa jadi hanya menambah konflik baru dalam hubungan yang kita jalani.
Advertisement
Berpisah Juga
Aku sudah menaruh cukup dalam perasaanku terhadap dia hingga akhirnya harus menelan rasa kecewa ketika hubungan ini harus berakhir. Alasan kami mengakhiri hubungan kami saat itu karena dia menemukan perempuan yang seiman dengannya.
Patah hati, rasa kecewa, dan hancur saat itu ada dalam hatiku. Rasa kecewa ini cukup besar karena bukan perpisahan seperti ini yang aku harapkan saat itu. Bukan dengan hadirnya orang lain dalam dalam hubunganku dengan dia. Jika memang harus berpisah saat itu, aku berharap perpisahan itu karena keputusan kami untuk tidak melanjutkan hubungan demi kebaikan aku, dia dan keluarga kami.
Perpisahan itu cukup membuat aku hancur dan sulit menerima kenyataan. Aku masih setia dengan kesendirianku dan masih tetap menyimpan perasaan sayang dan rasa ingin menjalin hubungan kembali dengan dia. Namun, aku tidak mau menjadi perusak hubungan orang saat itu.
Lima tahun berlalu, aku masih berusaha berdamai dengan masa laluku. Ikhlas dalam menerima takdir bahwa seandainya pun aku dan dia masih bersama hingga saat ini mungkin tidak akan ada jalan untuk kita melangkah menuju perkawinan. Aku berusaha menganggap perpisahan saat itu merupakan jalan terbaik dari Tuhan untuk aku segera mengakhiri hubunganku dengan dia sebelum semuanya berjalan lebih lama dan melibatkan perasaan lebih dalam lagi.
Saat ini yang bisa aku lakukan, terus berusaha ikhlas dan percaya bahwa suatu saat pasti akan ada seorang yang datang untuk mendapingiku. Mungkin memang belum untuk saat ini tapi pasti datang di waktu yang tepat tanpa ada yang harus berkorban.
#ElevateWomen