Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Delissa
Ini mungkin bukan kisah cinta romantis yang berakhir bahagia, tapi aku selalu percaya esensi bahagia setiap orang selalu berbeda. Aku mengenal mantan suami sejak tahun pertama kuliah kami di sebuah universitas negeri di Surabaya. Jurusan yang kami pilih sama, rutinitas inilah yang menyebabkan kami dekat. Selain karena hobi kami sama, yaitu makan mi instan.
Banyak yang menganggap kami adalah pasangan yang unik, padahal kami bukanlah pasangan. Kami hanya teman dekat. Tidak kurang dan lebih. Seiring bertambahnya usia, kedekatan kami sebagai teman sering diusik, kalimat, "Kenapa enggak nikah saja?” sering disampaikan kepada kami. Awalnya kami cuek, lama-lama jadi kepikiran.
Saat kami lebih tepatnya aku menyelesaikan pendidikan profesiku, kuberanikan diri untuk menawarkan pernikahan padanya. Ide tentang merasa bosan ditanya menikah mengapa tidak direalisasikan? Akhirnya kami menikah. Kami membuat perjanjian bahwa pernikahan ini sekadar akta tertulis. Tak berniat mempermainkan ikatan ini, tapi kami sepakat pernikahan ini sebagai legalitas kami terbebas dari pertanyaan dan tuntutan pernikahan.
Tak ada yang berubah dari kehidupan kami. Ia tetap menjadi teman yang menyenangkan untuk berbincang banyak hal. Ia tetap menjadi teman makan mi instan tengah malam, sambil membicarakan hal absurd lainnya. Kami tinggal satu rumah, tapi tidak berbagi tempat tidur yang sama. Bahkan pernikahan kami bertahan hingga 8 tahun. Kami berbagi kamar tidur yang sama ketika ada orangtua atau saudara yang menginap. Terkesan sinetron? Iya, tapi itulah kehidupan kami 8 tahun menikah.
Advertisement
Ada Cinta
Ternyata semakin bertambah usia, hal ini bukanlah yang kucari. Hubungan yang benar dan nyata yang kuharapkan. Aku memutuskan bercerai dengannya. Ia sempat kecewa, namun akhirnya kami sepakat bercerai. Aku tahu ini egois, tapi aku tidak ingin membuatku atau dia terbebani hubungan ini selamanya.
Apakah aku menyesal? Mungkin. Hubungan kami tetap baik, terkadang kami masih menyempatkan diri untuk makan bersama. Berbicara panjang di telepon menjelang tidur. Kadang aku merasa hubungan ini lebih baik dibanding 8 tahun pernikahan kami. Yang kusesali mungkin sesederhana, tidak pernah mengakui jika di tahun kedelapan pernikahan kami, aku mulai mencintainya.
Apakah aku akan mengungkapkannya? Kurasa tidak. Meskipun sering aku berkata seandainya aku lebih berani untuk mengungkapkan perasaan. Seandainya aku berani berkata tentang perasaanku di antara obrolan kami tentang mengapa mi instan lebih enak dimakan saat malam hari.
#ElevateWomen