Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ailsa Putri Amanda
Cerita kami mungkin tidak semenarik orang lain. Tapi aku tidak peduli dengan orang lain, menurutku kisah ini spesial karena ini adalah kisah cintaku dengan dirinya, dan pantas untuk diceritakan.
Aku dan dia bertemu di salah satu base Twitter (dari semua tempat yang ada didunia ini!). Percayalah, saat itu aku sedang merasa kesepian di tengah pandemi ini. Semua sahabatku tinggal di luar kota, Malang, dan aku sedang berada di rumah orangtuaku di Jakarta, sehingga aku tidak bisa bertemu dengan mereka walaupun hanya sejenak.
Nah, aku mulai mencari teman dari base tersebut, dan bertemu dengannya. Awalnya agak canggung, berbicara dengan stranger, tetapi entah kenapa setelah itu aku nyaman berbincang dengannya.
Advertisement
Menemukan Rasa Nyaman
Ia seperti kakak yang tidak pernah kupunyai. Tidak butuh waktu lama untuk kami jatuh cinta. Ia memang tidak romantis, tetapi aku suka caranya membuatku tertawa, kekonyolannya, sifatnya yang dewasa, sabar menghadapiku yang 7 tahun lebih muda darinya.
Ia membiarkanku menjadi diriku sendiri, dan aku juga menerimanya untuk dirinya sendiri. Ia rela menempuh 4 jam perjalanan untuk menemuiku, dan menemaniku yang sedang sedih, rela begadang untuk menenangkanku, rela menjadi tempat curhatku.
Menurutku, ia mempunyai caranya sendiri untuk menunjukkan cintanya. Contohnya pada saat Hari Valentine, ia melarangku memakan cokelat karena takut gigiku sakit. Kurasa, itu adalah caranya menunjukkan keromantisannya. Bukan dengan cokelat, tetapi dengan gestur-gesturnya.
Kami sering bertengkar. Tentu saja. Jarak umur yang cukup jauh (dan perbedaan lifestyle) terkadang membuat dirinya merasa aku manja, childish, dan itu membuatnya kesal kadang kadang. Tetapi aku tahu, meski bertengkar hebat kami akan kembali kepada satu sama lain. Ya, karena kami saling mencintai satu sama lain. Saat bertengkar, dia cenderung yang mengalah. Aku benci bertengkar dengannya tetapi, ya, that’s a relationship.
Mudah mudahan kita bisa bertahan untuk selamanya. Menerima setiap perbedaan yang ada hingga maut memisahkan. Amin.
#ElevateWomen