Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Bhanurashmi
Jika kamu hendak mengungkapkan perasaan cinta kepada sahabatmu, maka kamu harus siap risikonya, yaitu kehilangan sahabatmu. Tentu saja kalimat itu sangat mengganggu pikiranku. Jadi beberapa tahun yang lalu tiba-tiba saja tumbuh perasaan aneh dalam diriku, jatuh cinta kepada sahabat sendiri!
Aku memiliki circle pertemanan yang tidak terlalu luas. Sudah lama pula aku menjalin persahabatan dengan banyak teman lelaki. Meskipun sahabat perempuanku juga ada beberapa, tapi tidak terlalu banyak.
Setiap hari kuhabiskan waktuku untuk menyerap banyak pengetahuan dari mereka. Berdiskusi, berdebat, membicarakan hal yang metafisik, menelanjangi buku-buku pemikir barat adalah makanan favoritku.
Hingga suatu saat aku jatuh cinta pada salah satu sahabatku. Waktu itu aku masih duduk di bangku semester tiga. Umur kami terpaut jauh. Ia adalah mahasiswa semester tua yang sedang memperjuangkan skripsinya. Aku mulai jatuh hati karena obrolan kami nyambung. Kerap kali kami membicarakan Mikhail Bakunin sang pemberontak negara, membicarakan Friedrich Nietzsche yang membunuh Tuhan, menyoal Sigmund Freud tentang psikoanalisa, menelanjangi semiotika Ferdinand de Saussure, dan masih banyak lagi.
Aku sering mengajaknya makan (meski pakai uangku) hanya supaya bisa berbincang dengannya. Ternyata kisahku itu tak berakhir seperti kisah cinta Jean Paul Sartre dan Simone de Behauvoir. Ternyata dia mencintai perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah kakak tingkatku. Clear!
Tentu aku sempat merasa kalah, merasa tidak mampu meraih impianku. Setelah lama berlalu, aku mulai merasa kesepian. Meskipun sebenarnya aku selalu dikelilingi teman-teman yang aku yakin 100% juga menyayangiku.
Advertisement
Kisah yang Terulang
Tiba-tiba kisahku terulang. Aku jatuh cinta lagi dengan sahabatku yang lain. Humornya yang cerdas membuatku terpesona. Kata-katanya yang elegan membuatku bergejolak. Aku hampir gila karenanya. Hari-hariku dipenuhi rasa cinta yang merekah. Aku sebagai perempuan tak cukup berani menyatakan perasaanku. Apalagi kepada sahabat sendiri!
Lantas aku membuat kode-kode, berharap dia memahaminya. Aku yakin 70% dia menangkap kode yang aku lemparkan. Entah tidak peduli atau karena tidak ingin kehilangan aku sebagai sahabatnya, dia biarkan kode itu beterbangan tanpa arah. Aku gelisah, tapi tak ingin mundur. Hingga suatu saat, sesuatu yang lebih gila datang kepadaku.
Ya, sahabatku yang lain menyatakan perasaannya padaku. Hatiku yang haus akan cinta seorang lelaki, jadi meraung-raung dibuatnya. Dahaga kasih sayang yang membuat tenggorokanku kering merasa akan ada harapan. Bagaimana ini? Aku masih memiliki rasa cinta pada sahabatku yang sebelumnya. Namun kini ada sahabat lain yang datang memghampiriku. Aku melakukan perenungan untuk mendapatkan solusinya. Apalagi status sahabatku yang terakhir ini adalah mantan kekasih kakak tingkatku yang lain. Serumit inikah cinta? Tak bisakah aku menikmati cinta mereka bersamaan? Ah, betapa rakusnya aku jika hal itu sampai terjadi.
Kutemukan Puisi Cinta
Setelah melalui perenungan yang panjang, akhirnya aku menerima perasaan sahabatku yang menyatakan perasaannya itu. Kuakui ia memiliki keberanian dan pasti sudah memperhitungkan risikonya. Tidak seperti aku yang pengecut ini. Meski tak ada rasa cinta, aku berharap suatu saat bisa mencintai orang yang juga mencintaiku. Karena aku sudah begitu putus asa mencintai orang yang tidak mencintaiku.
Benar adanya, kini aku jatuh cinta pada kekasihku. Sudah 1,5 tahun kami menjalin hubungan asmara. Sempat kami LDR karena aku harus ke luar kota untuk bekerja. Namun dengan sabar ia selalu menjengukku, menemani hari-hari sulitku, memberikan solusi atas kegelisahanku, dan menjadi tumpuan harapan masa depanku. Ketertarikan yang sama pada dunia sastra membuat kami terasa menemukan belahan jiwa. Seperti burung menemukan sayap yang hilang.
Akhirnya, aku menemukan puisi cinta di masa mudaku ini. Cinta yang tak pernah kutemui semasa sekolah hingga kuliah. Ya, kami menjalin hubungan di saat aku sedang menyelesaikan tugas akhirku. Tepatnya menjelang wisuda.
Setelah perjalanan itu, aku tidak merasa kehilangan sahabat-sahabatku. Kami tetap sering bertemu, bercengkrama, bersama-sama memaki keganasan hidup dan asik berkelana dalam imajinasi yang semakin liar.
Bagi sebagian orang, memiliki perasaan istimewa kepada sahabat adalah sebuah hal yang terlarang. Tapi bagiku, sahabat adalah orang yang sudah paham segala kekurangan dan menerima ketidaksempurnaan sebagai keindahan. Selama kita menebar kasih kepada sesama, maka cinta akan datang menghampiri kita di waktu yang tak terduga, tanpa rencana.
Sambil menatap matanya yang berbinar, aku sering bergumam, "Benarkah dikau kekasihku?"
#ElevateWomen