Fimela.com, Jakarta Vaksin Nusantara merupakan vaksin Covid-19 yang kini tengah dikembangkan dan diuji di Indonesia. Inisiator Vaksin Nusantara, dokter Terawan Agus Putranto SpRad(K) mengatakan bila pengembangannya berjalan lancar, vaksin bakal ditargetkan diproduksi 10 juta dosis per bulan.
Pengembangan Vaksin Nusantara ini dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan Universitas Diponegoro (Undip). Vaksin Nusantara telah selesai menjalani uji tahap 1 dan akan memasuki uji klinis tahap 2.
Advertisement
BACA JUGA
"Kami Badan POM dalam tahap melakukan proses evaluasi terhadap data-data yang disampaikan," Siti Asfijah, Kepala Sub Direktorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM dalam sebuah dialog virtual bersama Change.org.
Uji klinis fase dua bertujuan menentukan efektivitas vaksin. Bila BPOM sudah mengeluarkan evaluasi dan boleh lanjut ke fase selanjutnya yang akan diujikan kepada 180 relawan.
Lalu, bila kembali lolos bisa masuk ke uji klinis fase tiga yang melibatkan 1.600 relawan guna menentukan pengaturan dosis. Melansir Liputan6.com, berikut ini beberapa fakta Vaksin Nusantara:
Advertisement
1. Gunakan Metode Sel Dendritik
Salah seorang peneliti Vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nency, mengatakan vaksin tersebut dikembangkan dengan berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih. Dengan metode ini, pemberian vaksin bertujuan untuk merangsang respons imun spesifik terhadap antigen spike dari SARS CoV-2.
Sel dendritik yang telah mengenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali dan akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus Corona.
"Prosedurnya bagaimana jadi dari subjek itu kita ambil darahnya kemudian kita ambil sel darah putihnya, kita ambil sel dendritiknya, kemudian di dalam laboratorium kita kenalkan dia dengan recombinan dari virus SARS CoV-2. Jadi kita kenalkan kemudian setelah itu sel dendritiknya menjadi pintar bisa mengenali, sudah tahu bagaimana mengantisipasi virus kemudian dia kita suntikkan kembali," kata Yetty.
2. Diklaim vaksin pertama di dunia yang kembangkan metode sel dendritik
Yetty menyebut bahwa metode pengembangan vaksin dengan metode sel dendritik ini pertama di dunia. Selama ini teknologi sel dendritik masih dilakukan untuk pengobatan kanker melalui teknik rekombinan dengan mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga dengan teknik tersebut, dapat dihasilkan vaksin.
Dalam dunia kedokteran, sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun, dimana proses pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi.
3. Proses pembuatan
Ada banyak tahapan yang harus dilalui dalam pembuatan Vaksin Nusantara. Pertama pengambilan darah dari tubuh seorang subjek atau pasien. Darah akan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan antara sel darah putih dengan sel dendritik.
Kedua, setelah sel berhasil dikenalkan dengan virus corona, maka sel dendritik akan kembali diambil untuk disuntikkan ke dalam tubuh pasien yang sama dalam bentuk vaksin. Peneliti Vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nency mengatakan, Vaksin Nusantara hanya mebutuhkan waktu satu minggu untuk proses pemubatan hingga proses inklubasi.
4. Hanya Sekali Suntik
Untuk memastikan uji klinis tahap kedua Vaksin Nusantara, Komisi IX DPR RI berkunjung ke RSUP dokter Kariadi Semarang. Dari informasi yang diperoleh, vaksin itu hanya disuntikkan sebanyak satu kali dan berlaku untuk semua kalangan tanpa terkecuali, baik lansia, komorbid, penderita hipertensi, ataupun autoimun.
Dilansir dari Liputan6.com pada Rabu (17/2), Wakil Ketua IX DPR Emanuel Melkiades Laka Lena menyambut baik adanya vaksin produk lokal itu. Dia berharap dengan adanya vaksin itu, Indonesia akan terbebas dari jeratan masa pandemi yang telah berlangsung selama hampir satu tahun.
5. Harga Vaksin Nusantara
Yetty Movieta Nency menyebutkan harga satu dosis Vaksin Nusantara hanya sekitar 10 dollar bila telah diproduksi massal. Atau sekitar setera Rp140.044
#eleavte women