Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Harnindya Redhita
Ketika aku melihat cincin di jari manis tangan kiriku, rasanya ingin ketawa, nangis, sebal, campur aduk. Jodoh itu penuh misteri banget. Dan kadang jauh dari bayangan kita. Begitu sibuknya kita mencari, mencoba, kadang memaksakan juga. Namun ketika Tuhan mengatakan belum, atau bukan, maka memang tidak akan terjadi. Atau ketika kita bersikeras, ah nggak mungkin dia, memang tidak ada yang lain? Tapi memang ternyata dialah yang sudah digariskan Tuhan untukku, pada lafaz yang ditulis jauh sebelum kami berdua lahir bahkan.
Awal Perkenalan
Bukan suatu ingatan samar sebenarnya. Sebelas tahun yang lalu, saat masih menjadi ABG labil, aku diperkenalkan dengannya oleh senior kampus yang juga teman kos. Merasa cocok, kami pun berpacaran. Aku senang, baru kali ini ada orang yang menyukai aku duluan. Meskipun, saat itu aku sebenarnya menyukai orang lain. Tapi aku coba sajalah, mungkin aku bisa beralih kepadanya. Tapi kan katanya cinta tak bisa dipaksa, jadi ketika dia pergi ke luar kota untuk kerja, aku minta putus. Dengan dalih tidak mau LDR. Berat buat dia, lega untukku.
Lega, pada saat itu. Tapi entah beberapa waktu setelahnya aku selalu kepikiran karena merasa bersalah. Sampai pikiran itu hilang seiring waktu dan orang-orang yang baru.
Hidup Barunya yang Hanya Sebentar
Sekian tahun berselang, aku menimba ilmu di Kota Malang. Tiba-tiba ada sebuah SMS masuk, menanyakan kabarku dan memberi informasi pernikahannya. Aku sudah tidak menyimpan nomornya tapi aku langsung tahu itu dia. Aku cukup senang akan kabar penikahannya. Meskipun dalam hati aku berujar, memang dia bisa move on dari aku? Percaya diri sekali ya, tapi memang aku yakin dia sangat menyukaiku.
Aku hanya membalas SMS itu seperlunya dan tidak menyambung obrolan lagi. Hingga beberapa bulan kemudian, dia menghubungiku. Setengah curhat dia berkata, bahwa pernikahannya di ambang perpisahan. Sekarang aku kaget, sungguhan, dan tetap memberikan doa terbaik untuknya. Setelah itu, aku kembali tidak pernah mencoba untuk mencari tau tentang dia.
Advertisement
Bertahun-tahun Dia Mencariku
Aku benar-benar tidak niat mencarinya meskipun masih selalu terbersit rasa bersalah. Padahal, itu tidak akan mengubah apa-apa. Aku melanjutkan hidup dan mulai berpikir mencari pendamping hidup. Lagi-lagi suatu ketika aku terkejut karena muncul komentar di medsos Instagram-ku dengan akun bernama dia, aku berpikir, ini orang kenapa niat banget sih nyariin aku? Terang-terangan dia meminta nomor teleponku lewat pesan Instagram, tapi aku bergeming. Aku takut, aku merasa terlalu cocok dengannya sehingga kalau kami dekat lagi pasti pacaran lagi. Sedangkan, dia bukan tipe laki-laki idamanku, terus terang saja ya.
Yah, Namanya Jodoh
Susah kan menghindar? Akhirnya aku memberikan kontakku dan kami kembali ngobrol. Aku merasa dia sudah menjadi pribadi yang beda, iyalah, sudah lebih dewasa, dan dia punya pengalaman hidup yang pahit. Tentu saja dengan mudah kami memutuskan untuk pacaran lagi.
Ternyata kali ini, dia yang berpikir for fun, sedangkan aku serius. Hubungan kali ini sangat sulit, kami sudah berubah dan memiliki pemikiran yang sangat berbeda jauh. Berbeda dengan hubungan "alay" terdahulu yang isinya senang-senang, kali ini lebih sering bertengkar daripada akurnya.
Hingga aku pun minta putus lagi di penghujung 2019. Tapi baru 3 hari dia mencariku dan meminta kembali. Aku pun, entah kenapa merasa sepi tanpa dia. Padahal saat itu posisi LDR, dia berada di Dubai. Balikan untuk yang kedua kalinya, sama saja kami lalui dengan banyak selisih pendapat. Sampai pada pertengahan Maret sampai April 2020, kami tidak bisa berkomunikasi sama sekali karena dia sedang berlayar kembali ke Indonesia. Aku merasa saat itulah titik balik hubungan kami.
Titik Balik
Betul. Dalam kurun waktu tersebut, aku memikirkan, begini rasanya kalau tidak ada dia. Damai, tenang, tidak ada perselisihan karena hal-hal sepele. Tapi baru dua minggu dalam ketiadaan sinyal untuk komunikasi, aku merasa sangat sepi dan hampa. Aku tidak bisa memikirkan selain dia. Hal ini cukup menyadarkanku, untuk apa Tuhan mempertemukan kami jika hanya untuk berpisah lagi? Bukankah sudah sangat jelas petunjuk dari-Nya?
Dan ternyata dia pun memiliki pemikiran dan perasaan yang sama. Setelah melalui berbagai perdebatan dan pertengkaran, lagi-lagi, tentu saja, kami memutuskan untuk bertunangan pada bulan Oktober 2020. Yang tanpa kami sadari tanggal tersebut adalah tanggal anniversary kami.
Lucu ya? Kadang jodoh selucu itu memang. Dan tidak semenyangka itu dengan siapa kita nanti akan hidup bersama, selamanya. I Love You 3000.
#ElevateWomen