Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: SZF
10 tahun.
Wow. Terkadang aku masih belum percaya kalau kita masih di sini, bersama, saling menggenggam erat satu sama lain setelah tahun ke-10 ini berhasil kita lewati.
Jika harus menyebutkan tempat-tempat favorit di hidupku, mungkin yang akan kusebut pertama kali bukanlah Bandung yang punya cuaca sejuk, bukan juga Jogja yang punya beragam kuliner menggiurkan. Tapi sekolah. Bangunan bertingkat 3 tempat kita menimba ilmu saat di bangku SMP itu menjadi salah satu tempat favorit di hidupku. Bukan hanya penuh kenangan dengan sahabat-sahabatku, tapi juga menjadi saksi atas pertemuan kamu dan aku untuk pertama kalinya.
Awal Bertemu Denganmu
Kamu mungkin akan menertawaiku jika membaca tulisan ini. Tapi, saat kita masih sekolah, aku diam-diam suka memperhatikanmu lho dari atas lantai 3. Kamu saat itu terlihat asyik bermain bola di lapangan. Aku tertawa setiap kali tendanganmu berhasil membawa bola masuk ke gawang. Kamu menari dengan konyolnya mengundang yang lainnya di lapangan ikut menertawaimu.
Cerita tentang aku yang lagi naksir denganmu akhirnya tersebar ke teman-teman sekelasku. Meski awalnya merasa malu, aku bersyukur karena dengan itu kamu mulai sadar akan kehadiranku. Bahkan kamu duluan yang mencari info dan kontakku, mengirimi aku pesan lewat Facebook dan SMS, sampai akhirnya telepon-teleponan hingga lupa waktu.
Advertisement
Menghargai Manis dan Pahitnya Setiap Momen
Waktu berjalan begitu cepat seakan terburu-buru. Kamu ingat saat aku menangis di bahumu saat kamu menjemputku di kampus? Hari itu aku dimarahi dosenku habis-habisan. Meski kedua tanganmu sibuk mengendarai motor, kamu sesekali menggenggam tanganku, memberiku energi besar dari ucapanmu yang bahkan sangat sederhana. "It's okay, it's just not your day," katamu saat itu.
Atau saat kamu memutuskan untuk berhenti kuliah karena adanya masalah finansial di keluargamu? Hatiku hancur melihat kamu menyerah bukan karena kemauanmu. Aku terluka karena tidak bisa menolongmu dengan apa pun. Bahkan saat ayahmu pergi untuk selamanya, aku merasa tidak berdaya melihatmu menderita.
Kalau diingat kembali, banyak sekali momen yang terjadi di antara kita. Salah satu favoritku mungkin saat aku menjalankan Tugas Akhir dan menggelar acara Fashion Show dengan teman-temanku di kampus. Aku tersenyum kembali mengingat momen itu, saat namaku dipanggil dan semua orang bertepuk tangan, fokusku hanya pada kamu. Kamu dengan sebuket bunga di tanganmu memandangku dengan bangga sambil sesekali menghapus air matamu. Aku tidak menyangka kamu bisa merasa seemosional itu.
Tidak terasa kita sudah semakin dewasa dan sedang merencanakan hari besar untuk kita berdua tahun depan. Dalam 10 tahun ini, kamu tidak hanya berperan sebagai seorang kekasih. Aku juga merasakan adanya peran sahabat, kakak serta seorang penjaga di diri kamu menemaniku.
Terima kasih untuk satu dekade terbaik di hidupku selama ini.
#ElevateWomen