Fimela.com, Jakarta Lebih dari 88 persen UMKM mengalami penurunan margin keuntungan selama pandemi hingga Agustus 2020 menurut survei LPEM UI dan UNDP. Namun bukan berarti hal itu akan berlanjut di 2021, jika UMKM sigap melakukan adaptasi, baik penerapan protokol kesehatan juga teknologi.
Ekonom Universitas Indonesia dan Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal menyoroti sebagian UMKM yang berhasil bertahan notabene mengandalkan ICT (information, communication, and technology). Adopsi teknologi ini bisa jadi focal point untuk mendongkrak transaksi bahkan hingga ratusan persen.
Advertisement
BACA JUGA
Banyaknya pelaku UMKM Indonesia yang sigap mengadopsi teknologi untuk bertahan juga dikonfirmasi oleh CEO Qasir Michael Williem. Pihaknya menyatakan, perusahaan melihat langsung beberapa pelaku UMKM yang harus berjuang untuk mempertahankan usaha, melakukan perubahan bisnis, bahkan harus sampai gulung tikar. Sebagai perusahaan penyedia platform POS untuk usahawan nano dan mikro, Qasir mendapati mitra-mitra usahawan yang bertahan adalah mereka yang sigap melakukan adaptasi.
"Tidak dapat dipungkiri, transformasi digital membuat UMKM menjadi lebih berdaya saing. Misalnya ketika pelaku bisnis UMKM menjalin kemitraan dengan layanan pengiriman online, kolaborasi dengan platform e-commerce dalam menjalankan promo, program bundling, dan strategi lain yang tujuannya membuat produk berputar terus,“ tutur Michael.
Advertisement
Kebutuhan Baru di Era Kenormalan Baru
Strategi kedua yang dilihat Michael adalah kemampuan pelaku UMKM untuk menarget kebutuhan baru yang muncul di era kenormalan baru. Misalnya bisnis kuliner.
Sebelum pandemi, tipe kuliner yang dijual cukup standar jenisnya. Saat ini, kita lihat ada kopi kemasan literan, kue-kue kekinian yang biasanya ada di kafe high-end, sekarang bisa dibeli dengan harga terjangkau. Belum lagi jika bicara soal segmen bisnis hobi seperti tanaman hias, kerajinan dan lainnya.
"Banyak sekali usaha-usaha baru justru bermunculan di masa pandemi dan menarget generasi milenial yang digital savvy ini sebagai pangsa pasar. Secara tidak langsung, kemunculan usahawan baru ini juga berdampak positif pada bisnis kami selama tahun 2020 lalu," jelas Michael.
Melihat daya tahan dan kreativitas pelaku usaha mikro saat ini, Michael cukup optimistis UMKM Indonesia dapat kembali pulih di tahun 2021. Beberapa langkah serius lain yang bisa dilakukan antara lain mulai mengusahakan agar bisnis punya status formal dan merapikan pencatatan usaha.
“Misalnya untuk usahawan baru yang sebelumnya masih mengandalkan proses manajerial bisnis secara manual, mulai dari arus kas, pengecekan stok barang atu hingga operasional inventaris lainnya, dapat mulai beralih ke layanan digital. Dengan begitu pelaku bisnis dapat fokus pada perencanaan bisnisnya, bahkan mungkin bisa mulai melakukan ekspansi pasar walaupun di tengah kondisi yang serba tidak pasti akibat pandemi Covid-19,” tutup pria yang akrab disapa Mike ini.
Simak video berikut ini
#Elevate Women