Fimela.com, Jakarta Kanker serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling sering menyerang perempuan Indonesia. Sebanyak 50 perempuan di Indonesia meninggal setiap harinya akibat kanker serviks.
80% penderita baru mengetahui kondisi bahwa dirinya menderita kanker serviks ketika sudah berada pada stadium lanjut. Pada kondisi ini, pengobatan menjadi lebih sulit dan lebih mahal. Padahal, kanker serviks menjadi salah satu jenis kanker yang bisa dicegah.
Advertisement
BACA JUGA
“Sebagian besar pasien tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap kanker serviks. Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien," ungkap dr. R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais
Upaya pencegahan kanker serviks sangat penting untuk dilakukan segera. Menurut anjuran WHO, tindakan pencegahan kanker serviks bisa dilakukan secara primer dan sekunder, melalui vaksinasi HPV dan deteksi dini.
Advertisement
Pencegahan kanker serviks
dr. Widyorini Lestari Hutami Hanafi, Sp.OG (K) Onk, Spesialis Ginekologi Onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais pun menjelaskan dengan lebih rinci bagaimana pencegahan kanker serviks yang dapat dilakukan secara primer dan sekunder.
1. Pencegahan primer
Pencegahan kanker serviks secara primer dapat dilakukan dengan vaksinasi HPV. Untuk saat ini vaksin HPV baru ada tipe 16 dan 18. Sedangkan tipe yang lain belum ada sehingga perlu didukung dengan pencegahan sekunder. WHO pun menyarankan untuk melakukan vaksinasi HPV sedini mungkin yang dimulai pada usia 9-15 tahun.
Kementerian Kesehatan pun memiliki program vaksinasi kanker serviks untuk siswa SD kelas 5 dan kelas 6 untuk memenuhi syarat dua kali vaksin. Sementara jika baru vaksin setelah 13 tahun ke atas harus divaksin sebanyak tiga kali.
2. Pencegahan sekunder
Mendukung pencegahan primer, pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini kanker serviks. Bisa dengan pap smear ataupun IVA yang menjangkau sejumlah daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Female Cancer Program untuk ke daerah-daerah dan mengajak bidan dan dokter umum untuk bisa melakukan IVA. dr. Widyorini menganjurkan untuk melakukan pap smear minimal tiga tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama.
Simak video berikut ini
#Elevate Women