Fimela.com, Jakarta Pemerintah menganggap bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan merupakan murni akibat cuaca buruk. Padahal, Greenpeace Indonesia mendapati bahwa terjadi perubahan kondisi iklim yang ditambah dengan terjadinya cuaca buruk. Kerusakan hutan secara masif menjadi penyebab perubahan iklim di Kalimatan dan menimbulkan bencana banjir.
Arie Rompas selaku Juru Kampanye Hutan Greenpeace menyebut kejadian baru-baru ini menunjukkan bencana alam sudah di depan mata. Ia pun menyebut Indonesia menjadi salah satu dari sembilan negara di Asia yang mengalami perubahan iklim.
Advertisement
BACA JUGA
Ironisnya, dalam sebuah survei di 23 negara, Indonesia berada di urutan tertinggi yang menyatakan tidak percaya terjadinya pemanasan global yan dipicu oleh perilaku manusia.
Arie menegaskan salah satu penyebab dari terjadinya perubahan iklim adalah deforestasi yang terjadi terus menerus di Kalimantan. Pada banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan terjadi karena semakin berkurangnya tutupan hutan di sekitar daerah aliran sungai Barito dan Maluka.
Â
Advertisement
Akibat akumulasi kerusakan hutan
"Di Kalimantan menunjukkan deforestasi dan penggunaan tata guna lahan berkontribusi nyata pada terjadinya banjir di Kalimantan Selatan," ungkap Arie.
Penggunaan tata lahan di Kalimantan beralih fungsi bagi sejumlah komoditas. Seperti kayu-kayu alam, sawit, hingga batubara. Pada Sungai Barito saja sudah mengambil 53 persen wilayah tutupan hutan untuk dialihfungsikan.
Dilakukan sejak 1973, akumulasi kerusakan hutan meningkatkan suhu harian lokal dan suhu ekstrem di wilayah tersebut dan mengakibatkan perubahan iklim.
Simak video berikut ini
#Elevate Women