Sukses

Lifestyle

Diary Fimela: Lawan Rasa Malu Berjualan, Makaroni Asik Ciptakan Tren Camilan Kekinian yang Terjangkau

Fimela.com, Jakarta Tidak semua orang bisa memulai bisnis dengan mudah. Selain perkara modal dan mencari produk yang tepat untuk dipasarkan, melawan rasa malu berjualan menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang.

Inilah yang dirasakan Karin Agatha, seorang karyawan swasta yang memutuskan untuk hiatus dari kariernya di kantor dan melanjutkan bisnis makaroni. Rasa malu dan ragu pernah ia rasakan sebelum akhirnya resmi menjalankan bisnis makaroni yang dinamai Makaroni Asik.

Bisnis Makaroni Asik yang dilakoninya kini sudah ada sejak 2010. Pertama kali dilakukan oleh sang kakak yang kerap membagikan makaroni sebagai camilan ke rekan kantornya. Karena banyak yang menyukai rasa dan tekstur makaroni ini, sang kakak memutuskan untuk menjualnya dan dijadikan sebagai penghasilan tambahan. Sayangnya, bisnis ini tidak bertahan lama karena kesibukan bekerja.

Lima tahun kemudian, Karin Agatha memutuskan untuk melanjutkan bisnis ini. Lagi-lagi, bisnis ini dimulai dari menjajakan ke teman-teman di kantor satu lantai yang berkembang menjadi satu gedung sebagai konsumen tetapnya.

 

Jualan antar teman

"Cara aku jualan, bagi-bagi tester dan minta teman bantu jualin juga. Ada masukan ini itu untuk rasa. Bahkan sampai ada yang ingin jadi reseller. Satpam kantorpun jadi ikut jualan dengan ukuran yang lebih kecil," cerita Karin dalam sambungan telepon.

Memilih makaroni sebagai produk yang dijual bukan sebuah kebetulan. Karin hanya ingin berjualan produk yang memang dia dan keluarga suka. Makaroni menjadi salah satu panganan yang tidak hanya sekadar camilan bagi Karin. Sebagai anak rantau, terkadang camilan ini juga dijadikan sebagai lauk bersama nasi panas yang justru memberikan rasa nikmat yang tiada tara.

Berjualan antar teman, membawa Makaroni Asik terbang hingga ujung Timur Indonesia. Jayapura menjadi jangkauan Makaroni Asik untuk dijual di kedai kecil dan menyapa para penggemar camilan di sana. Bahkan penggemar camilan yang berada di Jepang juga berkeinginan mencicipi makaroni yang terkenal akan tekstur yang renyah dan effortless ini.

Makaroni Asik kini hadir dalam enam varian rasa yang dijual dengan harga Rp15ribu. Seperti original, keju, bbq, balado, keju, dan cokelat. Variasi cokelat mungkin terdengar aneh untuk dijadikan sebagai rasa pada makaroni. Namun, perpaduan manisnya cokelat dan gurihnya makaroni justru memberikan sensasi tersendiri.

 

Harga yang terjangkau

"Dengan harga Rp15ribu, menurutku itu cukup terjangkau. Ada teman yang sempat bilang, aku mengemasnya kebanyakan dengan harga Rp15ribu. Tapi aku memilih kemasan yang simple jadi bisa menjangkau semua kalangan," kata Karin.

Setiap kemasan makaroni, kamu juga akan mendapatkan bubuk pedas. Makaroni Asik membebaskan pelanggannya untuk menakar sendiri tingkat kepedasan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Di masa pandemi, bisnis kuliner mungkin mengalami kondisi yang lebih baik dibandingkan bidang bisnis lain. Bahkan bisa dibilang cukup meningkat akibat kebijakan work from home yang berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan camilan.

 

Tantangan di masa pandemi

Karin sendiri menemui tantangan tersendiri dalam melakoni bisnis yang sudah terbilang lama ia jalankan. Ia sadar akan hadirnya persaingan yang semakin ketat. Namun, ia memilih untuk mempelajari lebih dalam kendalanya dan menemukan solusi yang tepat.

"Saingan pasti bertambah. Banyak saingan yang jualan. Apalagi aku tidak pakai jasa marketing apapun. Ingin coba sendiri dulu, ingin tahu susahnya marketing itu ada di mana. Sebelum bisa hire orang, udah tahu cara marketing itu kayak gimana," ungkap Karin.

Selain makaroni, Makaroni Asik berencana untuk memasukkan jenis camilan lain, seperti lidi yang cukup digemari. Menyasar beberapa perayaan keagamaan dan hari besar juga menjadi sasaran Makaroni Asik untuk meningkatkan penjualan sekaligus brand awareness.

Simak video berikut ini

#Elevate Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading