Sukses

Lifestyle

5 Kisah Mengakhiri Hubungan yang Katanya Cinta tapi Penuh Luka

Fimela.com, Jakarta Saat terjebak dalam hubungan yang beracun (toxic relationship), seringkali kita merasa kesulitan untuk keluar dari hubungan tersebut. Pasangan yang tadinya bilang cinta malah memberi banyak luka dan lara. Membebaskan diri dari hubungan beracun pun kadang terasa sangat berliku.

Selalu ada kesempatan dan cara untuk membebaskan diri dari cinta yang beracun. Meski memang tak mudah, tapi demi kebahagiaan dan kehidupanmu yang lebih baik, melepaskan cinta penuh luka bisa jadi jalan keluar terbaik. Seperti kisah-kisah berikut ini.

1. Mengakhiri Hubungan dengan Pria yang Ternyata Sudah Beristri

"Aku ingin melepasnya tapi aku masih mencintainya walau dengan apa pun dan bagaimanapun ia memperlakukanku. Hidupku telah hancur, maka aku berpikir tak ada jalan keluar lagi selain mempertahankan hubungan ini. Hingga satu hari aku mengetahui fakta bahwa dia pun telah beristri.

Hatiku hancur. Kewarasanku hampir menghilang. Apalagi ketika dia memutuskan mengakhiri kontrak kerja lalu pulang ke kota asalnya. Dia meninggalkanku dengan berjanji akan segera kembali. Namun, nyatanya ia tak pernah kembali."

Selengkapnya: Akhiri Hubungan jika Janji Manisnya Membawamu ke Lubang Paling Nista

2. Memutuskan Pacar yang Bertindak di Luar Batas

"Di usia 23 tahun ini, saya justru tidak merasakan manis indahnya pacaran.  Alih-alih mendapatkan kasih sayang, pengalaman dua tahun pacaran justru membuat saya depresi akibat mengalami kekerasan dalam pacaran (KDP) atau disebut juga dengan istilah toxic relationship.

Pepatah “Jangan Menilai Orang dari Sampulnya” memang ada benarnya. Kesan pertama yang muncul ketika bertemu mantan saya, dia adalah sosok yang sangat lembut, penyayang, humoris, berwibawa, dan berwawasan luas. Kesan tersebut masih melekat hingga beberapa bulan saya mengenalnya dan kami memutuskan untuk menjalin komitmen."

Selengkapnya: Berdamai dengan Diri setelah Mengalami Kekerasan dari Pacar Beracun

3. Mengakhiri Hubungan dengan Pasangan yang Posesif

"Mulanya hubungan kami berjalan baik-baik saja. Namun, ketika sudah berjalan selama 3 bulan, dia mulai mengekangku, mengatur aku harus apa dan bagaimana.

Dia mulai bersikap posesif dan cemburuan. Misalnya saat bersamanya tidak boleh mengangkat handphone dan kalau mau pergi ke mana harus izin dia dulu. Dia juga selalu menuntut penampilanku terlihat cantik dan langsing: aku tidak boleh makan banyaklah, harus dietlah, ini-itulah. Buntutnya, aku sampai mendaftarkan diri ke pusat kebugaran dekat klinik tempat dia bekerja."

Selengkapnya: Cinta Kadang Lupa Memberitahu Kita untuk Memakai Logika

4. Menyudahi Hubungan yang Menyiksa Batin

"Atas nama cinta dia sangat posesif kepadaku mengontrol semua aktivitasku, membatasi semua kegiatanku, bahkan menjauhkan aku dari sahabat serta keluargaku dan aku pun sangat bergantung kepadanya. Apabila aku tidak menuruti semuanya dia akan sangat marah, tak jarang dia juga mengancamku.

Semakin lama dia bersikap seenaknya kepadaku, ia sering membandingkan aku dengan perempuan lain dan mengejek penampilanku dengan mengatakan jelek, tidak modis dan terlihat tua, dia pun menuntut aku untuk berubah. Aku pun sering merasa bahwa aku memang jelek sehingga selalu berusaha untuk berubah meski tidak menjadi diriku sendiri."

Selengkapnya: Tak Perlu Menjadikan Pasangan sebagai Pusat Semua Duniamu

5. Memutuskan Hubungan yang Tidak Sehat

"Hari demi hari berjalan dengan indahnya, meski terkadang ada beberapa kerikil mengganjal dalam kisah percintaan kami. Aku yang saat itu masih sangat awam dalam masalah percintaan merasa berbunga-bunga sekali tatkala pria itu membatasi hampir semua gerakku.

Dia harus tahu ke mana aku pergi. Dia harus tahu apa pun yang kulakukan dan dengan siapa aku saat itu. Dia selalu mengecek ponselku setiap saat kami sedang bersama. Bahkan dia juga membatasi dengan siapa aku boleh berteman."

Selengkapnya: Posesif Berlebihan Itu Bukan Tanda Cinta 

Bagi yang saat ini terjebak dalam hubungan beracun, semoga segera menemukan cara terbaik untuk keluar dari perangkap tersebut. Kita berhak bahagia dan berhak memiliki pasangan yang bisa membuat kita bisa menciptakan kebahagiaan baru saat bersamanya.

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading