Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Larasaty Aprillia
Hari ini 28 Desember 2020, hampir satu minggu berlalu sejak Hari Ibu. Hari saat semua ibu diberi apresiasi oleh setiap orang. Ingatanku terlempar pada sebuah perdebatan mengenai ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Pro dan kontra saling membela mengutarakan pendapat mereka masing-masing. Sebagian membela ibu bekerja yang berusaha keras demi menjaga perekonomian keluarga sekaligus tetap mengurus rumah. Ada juga yang mencibir bahwa ibu bekerja tidak bisa mengurus rumah tangga dengan baik, anak lebih sering dengan pengasuh jadi tidak bisa melihat tumbuh kembang anak.
Mereka yang mendukung ibu rumah tangga mengatakan bahwa mereka lebih meringankan pengeluaran keluarga dengan tidak menggunakan ART serta mereka lebih multitasking dari urus anak, bersih-bersih rumah, masak dan lain-lain. Mereka yang tidak setuju pada ibu rumah tangga akan mengatakan bahwa mereka terlalu bergantung pada suami, menyia-nyiakan gelar pendidikan yang mereka miliki dan masih banyak lagi.
Perdebatan seperti itu masih banyak terjadi, tapi ada yang mereka lupakan tentang sosok ibu itu sendiri. Pada dasarnya ibu juga tetap manusia yang punya batasan kemampuan dan tenaga. Mereka bukan pembantu, juru masak, pengasuh anak, tulang punggung ataupun tukang cuci. Akan tetapi karena cinta dan kasih sayang mereka, mereka melakukan itu.
Advertisement
Ibu adalah Sosok Perempuan Istimewa
Ingatkah kapan kali terakhir mengucapkan terima kasih atas masakan ibumu?
Kapan terakhir kali kamu melihat ibumu belanja keperluan untuk dirinya sendiri?
Atau pernahkah kita bertanya apakah ibu butuh bantuan?
Rasanya saya pun lupa kapan terakhir kali melakukan hal itu. Padahal ibu selalu menyempatkan bertanya apakah saya sudah makan. Menyisihkan makanan jika saya belum pulang takut jika anaknya belum makan. Menunggu hingga larut walaupun matanya sudah mengantuk.
Kadang kita lupa bahwa untuk melakukan satu pekerjaan saja amat sangat menguras tenaga. Mengurus diri sendiri saja kadang kita kewalahan dan bahkan malah berantakan. Sedangkan ibu, dengan tenaga supernya yang entah dari mana, beliau sanggup mengerjakan semuanya dan bahkan masih bisa menunggu anak-anaknya hingga larut.
Sayangnya, kita hanya mengapresiasi ibu setahun sekali. Bahkan kita masih saja banyak komplain ketika ibu melakukan kekurangan sedikit saja. Masakannya keasinan atau kurang pedas, baju yang mau dipakai belum dicuci dan hal-hal kecil lainnya. Bahkan jika seorang ibu mengeluh, kita merasa mereka tidak tulus dan pamrih. Ya begitulah kita kadang tidak tahu terima kasih.
Kita juga suka lupa, bahwa ibu juga wanita, yang punya keinginan terlihat cantik, segar, wangi dan trendi. Hanya semua itu mereka tinggalkan karena ada yang kita renggut dari mereka yaitu: Waktu. Jangankan perawatan kulit 10 langkah, untuk ke toilet saja kadang masih direngek oleh anaknya. Mereka bahkan terlalu jenius dalam hal membagi waktu yang kita pikir mustahil.
Ibu, apa pun profesimu, berapa pun usiamu, kamu tetap wanita tercantik untuk kami. Senyuman manis dibalut kerut tipis yang nampak di wajahmu, menggambarkan betapa keras usahamu untuk kami. Maafkan kami yang sering bahkan lupa berterima kasih. Maafkan kami yang merenggut waktu darimu, maafkan kamu yang sering tidak membalas senyummu. Selamat Hari Ibu. Kami mencintaimu.
#ChangeMaker