Sukses

Lifestyle

Senyum Ibu adalah Penguat Langkahku dan Peneduh Hatiku

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh:  Fatma Hidayati

Ibuku yang tangguh, ibuku panutanku. Sosok ibu bagiku adalah sosok yang tak hanya jadi teladan, tapi juga pahlawan untukku. Sabarnya, tangguhnya, perjuangannya, dan senyumnya selalu terlintas di mata dan membekas di kalbuku.

Kisah ini bermula saat aku berusia 12 tahun, itulah titik terendah sekaligus titik bangkit untukku dan untuk perjuangan ibu sebab sosok kepala rumah tangga telah berpulang. Kondisi ini membuat ibu harus menjalani dua peran sekaligus. Sebagai ibu tentu sudah akrab dengan urusan dapur, tapi kini urusan asap berkepul yang berarti mencari nafkah, memenuhi kebutuhan sekolah, dan hidup kami menjadi lebih harus diperjuangkan daripada biasanya.

Senyum ibu menular padaku walaupun tiap sore setelah pulang sekolah harus menyirami berpetak-petak tanaman cabai hijau. Tak ada beban, saat itu yang kutahu senang saja menjalaninya layaknya anak-anak sedang bermian.

Sehari-hari kesibukan ibu adalah berjualan bahan-bahan pokok, mengurus sawah, bertanam polowijo. Keseharian yang cukup biasa saja untuk kehidupan di desa yang mayoritas penduduknya petani. Namun, peroiode ini banyak mengajarkanku tentang arti berjuang dalam hidup.

Senyuman Ibu yang Menghangatkan

Pada masa itu aku diajari bagaimana bertanam dan merawat tanaman cabai hijau dan diajari bagaimana menjadi tengkulak dari warung-warung kelontong yang menjual sega aking (nasi tidak layak komsumsi yang dikeringkan). Masa itu sungguh sulit, tapi senyum ibu dalam kegetiran perjuangan tetap tersungging. Dari sinilaah asal muasal aku harus tetap tersenyum, harus tetap bersyukur, harus tetap semangat dalam badai kehidupan yang kami alami.

Urusan dapur berkepul, biaya sekolah dari tingkat dasar hingga anak-anak ibu sudah menyelesaikan studi di perguruan tinggi, bahkan masalah hati sosok ibu dengan senyumnya selalu menjadi penguat untuk kami. Seribut apa pun kondisi di luar sana, seporak-poranda bagaimana pun badai melanda, senyum dan peluk ibu selalu mampu menjadi penenang untuk kami. Doa kami untukmu ibu, sehat selalu, dan semoga Tuhan mengizinkan kami lebih bisa menyungingkan senyum ibu. Kami merindukan senyum ibu dan syukur ibu seperti saat kami diwisuda.

Ibu semoga langkah kami ini yang beriring dengan ridamu mampu membuat engkau tersenyum lebar tanpa beban. Terima kasih sudah mengajarkan kami tentang arti berjuang, sabar, mengalah bukan berarti kalah, dan menyerahkan segala hasil dari usaha kepada Tuhan. Senyum ibu yang menjadi obat rindu kalau jauh merantau dan senyum ibu yang menjadi obat atas badai yang mendera. Terima kasih ibu, langkah ini sedikit mampu membuat ibu tersenyum, semoga ke depan kami makin melebarkan sayap dan senyum ibu.

#ChangeMaker

Selanjutnya: Senyuman Ibu yang Menghangatkan

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading