Sukses

Lifestyle

Senyuman dari Ibu yang Pekerja Keras Mengajariku Arti Jiwa yang Tegar

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: Maya Sumayyah Saadah

Fajar sudah hampir memanggil waktu subuh. Satu dua suara kendaraan terdengar dari jalanan Pamarican. Ibuku sudah biasa bangun sebelum fajar, pukul 03.00 dini hari untuk membuat adonan bolu kukus yang beliau titipkan dari warung ke warung. Bolu kukus itu adalah bolu terenak dan spesial menurutku. Dibuat dengan senyum merekah, penuh harap dan doa.

Dari bolu itu, muncul secercah pelangi dari beliau yang akhirnya bisa menyekolahkan kami bertiga sampai sarjana. Ketika mencampurkan telur dan gula, sama sekali tidak aku lihat penat bahkan keringat. Beliau mengambil satu demi satu dari "dandang" dengan penuh semangat. sampai bolu itu menyulap diri jadi rupiah. Hanya senyum yang kulihat dari bibirnya.

Ibuku adalah pekerja keras. Baginya nilai moral agama dan pendidikan adalah nomor satu. Berangkat dari pendidikannya yang terbatas kala itu, beliau kemudian bercita-cita ingin menyekolahkan kami sampai paripurna. Tuhan rangkul doa ibu. 

Menjadi Lilin untuk Ibu

Saat ekonomi bapak tidak menentu, ibuku seperti bahan bakar. Mampu menyalakan kobaran api untuk meletupkan semangat. Maka, bapak pun tidak terpuruk. Mengolah tanah dan menanaminya dengan cabai merah. Sayang, permintaan pasar kurang bersahabat. Saat memanen tiba jatuhlah harga cabai di kisaran harga termurah kala itu. Aku kecil, sangat akrab dengan harum keringat bapak sepulang dari sawah. Bukan ibu kalau mengeluh dan menyerah. Lalu, mereka berdua menanam semangka menjadi reseller genteng sambil masih membuat adonan bolu kukus pada malam harinya.

Pada usia ibu yang menginjak 50-an lebih sekarang, aku ingin ibuku tak lagi banting tulang walaupun semangatnya tetap berkobar dan menyala. Dahulu beliau dengan sabar memberikan kasih dan sayang, mencukupi, dan mempersiapkan segala kebutuhanku. Sekarang aku ingin bergantian. Walaupun aku tidak bisa menjadi kobaran api yang semangatnya seperti Ibu, paling tidak, aku ingin menjadi lilin. Menerangi dan membersamainya di waktu senjanya.

Aku ceritakan kenangan bersamanya sewaktu kecil. Bermain boneka orang-orangan sawah untuk mengusir burung pemangsa tanaman kami. Berlari kecil di jalan menuju kali Citalahab memastikan luapan air tak sampai rumah kami. Membantu memecah telur untuk dibuat adonan bolu kukus. Ibu akan tertawa lebar memperlihatkan barisan rapi giginya yang masih kuat. Ketika aku menceritakan kenangan masa kecil. Ibu, aku masih ingin melihat senyummu seribu tahun lagi.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading