Fimela.com, Jakarta Kopi menjadi “teman” setia dalam berbagai aktivitas, dari memulai pagi hari dengan secangkir kopi, hangout bersama teman, hingga menjadi penyemangat bekerja. Selain nikmat, ternyata kebiasaan miinum kopi juga dapat menyejahterakan para petani.
Tak hanya itu, kopi Tirto pun menjadi salah satu kopi ramah lingkungan, karena dibudidayakan dengan sistem agroforestri yang dilengkapi dengan pembuatan rorak. Sistem ini mampu membantu mengurangi air hujan langsung mengalir ke permukaan yang lebih rendah dan mengoptimalkan peresapan air hujan ke dalam tanah sehingga turut berkontribusi terhadap konservasi air.
Advertisement
BACA JUGA
Irvan Helmi, Ketua Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) menjelaskan, dalam industri kopi yang semakin berkembang, terdapat hal-hal yang juga perlu diingat dan harus berjalan beriringan dengan kemajuan industri tersebut.
“Pertama, adalah memberdayakan dan menciptakan kesempatan dari sisi ekonomi untuk para petani, memperkuat keamanan pangan, dan juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan,” jelas Irvan.
Danone-AQUA bersama Yayasan Nirudaya, sebuah organisasi nirlaba mengembangkan Kopi Tirto yang dibudidayakan dengan kaidah konservasi di berbagai daerah tangkapan air (catchment area) dengan ketinggian 400-1400 Dpl.
Advertisement
Menyejahterakan Petani
Budidaya Kopi Tirto telah melibatkan lebih dari 120 petani dampingan yang tersebar di wilayah Jempanang Badung (Bali), Wonosobo (Jawa Tengah), Pandaan (Jawa Timur) dan Tanggamus (Bandar Lampung). Saat ini, produk Kopi Tirto sudah tersedia di pasaran untuk dinikmati para penikmat kopi tanah air.
Keunikan Kopi Tirto adalah dari sisi para petani menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan sistem ini. Oleh karena itu, petabi diberikan pelatihan-pelatihan tentang budidaya kopi dan penanganan paska panen agar dapat menghasilkan biji kopi dengan kualitas prima.
Dari sisi pelatihan budidaya, Danone-AQUA bekerja sama dengan berbagai mitra lainnya untuk melakukan pendampingan kepada para petani agar mereka dapat membudidayakan kopi sesuai dengan kaidah konservasi.
Sedangkan Nirudaya menjadi mitra Danone-AQUA guna memastikan pemasaran dari hasil panen kopi yang dihasilkan, sekaligus memberikan pendampingan kepada para petani tentang pengolahan yang baik paska panen. Selain itu, Nirudaya pun mengadakan pelatihan pengolahan biji kopi untuk menghasilkan minuman kopi yang digemari oleh konsumen.
Martin Kreshna, Executive Director Yayasan Nirudaya menyampaikan jika mengajak partisipasi masyarakat dengan melibatkan anak muda desa untuk mau terjun ke usaha kopi.
“Salah satunya adalah dengan melakukan pelatihan tentang standarisasi kualitas kopi dan roasting, dan pemasaran kopi. Harapan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan nilai tambah kopi konservasi dan adanya regenerasi profesi petani kopi. Peserta dari pelatihan itu hampir semuanya adalah anak muda di Desa Mlandi, Wonosobo,” paparnya.
Kolaborasi ini merupakan wujud dari aspirasi para petani mengenai ketersediaan pasar untuk hasil panen mereka.
“Kesimpulan yang didapatkan dari penelusuran itu adalah konservasi akan dilakukan ketika kebutuhan ekonomi tercukupi dan sebaliknya, ekonomi tanpa konservasi juga akan sia-sia karena tidak ada keberlanjutan. Kami yakin kopi konservasi seperti Kopi Tirto akan diminati pasar ditengah semakin tingginya perhatian konsumen terhadap lingkungan,” jelas Martin.
I Ketut Kartika Yasa, petani kopi Tirto yang turut hadir dalam kesempatan itu juga mengungkapkan manfaat yang telah dirasakan sejak mendapatkan pelatihan tentang budidaya kopi konservasi.
“Sejak mengikuti program ini tahun 2019, petani kopi di Badung (Bali) mulai merasakan manfaat dari segi peningkatan penghasilan. Kami juga tidak khawatir lagi dengan kekeringan karena tanaman kopi itu juga mampu menyerap atau menampung debit-debit air hujan. Karena air yang diserap nanti akan mengalir ke sungai-sungai,” jelas Yasa.
#changemaker