Sukses

Lifestyle

Kaleidoskop 2020: Tragedi Diamond Princess, Penyumbang Setengah Kasus COVID-19 di Luar Daratan Cina

Fimela.com, Jakarta Diamond Princess adalah kapal pesiar yang terdaftar di Inggris, dimiliki dan dioperasikan oleh Princess Cruises. Selama pelayaran yang dimulai sejak tanggal 20 Januari 2020, kasus positif COVID-19 dikonfirmasi di kapal pada bulan Februari 2020.

Ada lebih dari 700 orang dari 3.711 yang terinfeksi dengan rincian 567 dari 2.666 adalah penumpang dan 145 dari 1045 adalah awak kapal. Bahkan, 14 orang penumpang di antaranya meninggal.

Saat itu, Diamond Princess menjadi kapal penyumbang lebih dari setengah kasus COVIDU-19 yang dilaporkan di luar daratan Cina. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Yokohama pada tanggal 20 Januari 2020 untuk perjalanan pulang-pergi sebagai tur ke Asia Tenggara selama periode Tahun Baru Imlek dengan 2.666 penumpang dan 1.045 awak.

Seorang penumpang berusia 80 tahun dari Hong Kong ikut berangkat dari Yokohama saat itu. Ia pernah berada di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China pada tanggal 10 Januari, kembali ke Hong Kong, dan terbang ke Tokyo pada tanggal 17 Januari untuk mengikuti perjalanan bersama kapal pesiar.

 

 

Penularan di dalam kapal dimulai dari seorang penumpang asal Hong Kong

Ia mulai mengalami batuk pada tanggal 19 Januari dan meninggalkan kapal ketika mencapai Hong Kong pada tanggal 25 Januari. Setelah krisis yang terjadi di dalam kapal, pada tanggal 19 Februari, penumpang dengan hasil tes negatif mulai turun.

Di awal bulan Maret 2020, Indonesia mengevakuasi 69 kru Diamond Princess setelah hasil tes COVID-19 mereka di Jepang negatif. Kapal rumah sakit angkatan laut Indonesia membawa mereka ke Pulau Sebaru untuk masa karantina wajib dan 2 orang di antara kru Diamond Princess sakit.

Semua orang diuji kembali, 67 orang lulus tes kedua, sedangkan 2 orang lagi diuji ulang dengan hasil 1 orang negatif, sedangkan 1 orang lainnya positif. Sebanyak 68 orang dengan hasil tes negatif turun di Pulau Sebaru untuk observasi dan 1 orang dengan kasus positif dievakuasi dengan helikopter ke RS Persahabatan.

Ada banyak kritik keras terhadap tindakan pencegahan epidemi di kapal pesiar ini. Ada kemungkinan karantina di kapar pesiar berbahaya, karena Diamond Princess tidak menggunakan filter HEPA yang efektif dapat menyaring 99% partikel, seperti yang digunakan pada pesawat modern.

Krisis yang terjadi di dalam kapal Diamond Princess

Kentaro Iwata, seorang ahli penyakit menular di Universitas Kobe pernah mengunjungi kapal tersebut dan memberikan kritik keras terhadap pengelolaan situasi di dalam kapal. Pejabat Jepang membantah tuduhan tersebut dan berpendapat bahwa zonasi di kapal memang tidak sempurna, tapi bukan sesuatu yang gila jika dilihat dari sudut pandang medis.

Yoshihiro Yamahata dan Ayako Shibata, dua dokter medis yang merawat penumpang di dalam kapal memberikan pernyataan bahwa pada awal pelaksanaan karantina, mereka harus melakukan tindakan berdasarkan informasi terbatas dan membingungkan. Pada saat itu, mereka belum mengetahui bahwa COVID-19 bisa menular dari manusia ke manusia.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS memuji upaya tindakan karantina yang dilakukan oleh kru Diamond Princess. Sebuah laporan awal berdasarkan 184 kasus pertama oleh Institut Penyakit Menular Nasional Jepang memperkirakan bahwa sebagian besar penularan di kapal telah terjadi sebelum karantina dan pekerja layanan makanan ditemukan mungkin menjadi rute awal utama penyebaran.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading