Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Titin Martini
Kala itu tanggal 18 Desember 2006 adalah hari yang dinantikan mama, yaitu kelahiran cucu pertama. Cucu laki-laki yang tampan dan sehat tanpa kekurangan suatu apa pun. Apa yang terjadi waktu itu adalah berkat doa mama, segalanya berjalan lancar dengan sebagaimana mestinya. Saat itu hanya kebahagiaan saja yang dirasakan tidak lainnya, kebahagiaan yang hanya bertahan dua minggu saja.
Jarak yang memisahkan bukan penghalang bagi mama untuk segera menghampiriku. Antara Palembang dan Tangerang yang harus menempuh waktu lebih 15 jam via jalan darat karena saat itu belum ada jalan tol.
Seandainya kami adalah orang yang mampu membeli tiket pesawat ketika itu mungkin suka cita tidak akan berubah menjadi duka cita. Senang rasanya bisa berjumpa dengan mama kala itu yang memang sudah lama berpisah, siapa sangka itu adalah untuk terakhir kalinya aku melihat wajah mama.
Advertisement
Berusaha Tetap Tegar
Sedih hati ini tidak bisa berlama-lama berada di sisi mama. Hanya beberapa nasihat dan pesan yang mama sampaikan kepadaku sebelum kembali pulang ke Palembang. Sampai saat ini pun masih tergiang meski perlahan suara mama telah semakin memudar di ingatanku.
Seandainya aku tahu kalau akan berpulang selamanya, mungkin akan aku cegah mama untuk kembali pulang. Rapuh jiwa ini namun aku harus tetap tegar dan kuat demi cucu mama, mama maafkan anakmu yang belum sempat berbakti dan memberikan yang terbaik.
#ChangeMaker