Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Nuraidani Siregar
Aku seorang tenaga pendidik dari latar keluarga yang sederhana. Aku punya mimpi menjadi seorang dokter sejak kecil. Seperti kebanyakan cita-cita anak pada umumnya. Namun, aku suka membaca, apalagi bergenre narasi termasuk cerpen dan dongeng.
Keinginan menjadi dokter termotivasi karena ada seorang mahasiswa kedokteran sedang mengadakan penelitian yang ditempatkan di rumah kami. Penampilannya sederhana, juga ramah. Aku simpati.
Setelah lulus SMA kuutarakan niatku untuk masuk Fakultas kedokteran pada ibu. Ibu yang benar-benar menginginkan kesuksesan kami mencari informasi tentang biaya masuk ke Fakultas tersebut. Perlahan ibu menjelaskan padaku bahwa untuk masuk ke Fakultas kedokteran membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ia khawatir akan mandeg di tengah jalan dengan kondisinya yang hanya seorang petani sederhana. Sama halnya dengan ayah yang sedang sakit-sakitan.
Aku cukup menahan kecewa di dada. Bagaikan pungguk merindukan bulan, peribahasa itulah yang pantas disematkan untukku. Tak terasa bulir air mata tumpah ke dalam memenuhi rongga dadaku. Aku kehilangan tumpuan dan harapan. Namun, ibu tetap tak patah arang, ia masih punya asa sekadar mengobati lukaku dengan memasukkanku ke fakultas yang tidak pernah terbayang olehku, fakultas keguruan. Seumur hidupku tidak pernah terbersit sedikit pun untuk menjadi seorang guru. Namun, takdir berkata lain.
Setidaknya aku harus bersyukur masih bisa kuliah walaupun jurusan yang aku pilih bukan dari hati nuraniku. Ibu hanya mampu menguliahkanku di universitas negeri dengan biaya yang minim. Aku memotivasi diri sendiri dengan melihat sebagian mereka yang sama sekali tidak mampu untuk kuliah sekali pun ingin. Aku harus tetap bersyukur.
Advertisement
Mengajar dan Menulis
Setelah menyelesaikan kuliah, tetiba aku begitu asyik dan menyukai dunia literasi. Sehingga terbersit untuk mencoba mengirimkan tulisan ke berbagai media. Namun, usahaku sedikit pun tidak membuahkan hasil. Tulisanku hanya menjadi sampah yang tidak pernah dilirik atau pun dibaca redaksi. Aku hampir putus asa dan ingin melupakan cita-citaku menjadi penulis setelah gagal menggapai cita-cita menjadi seorang dokter. Kemudian aku memasukkan lamaran dengan ijazah keguruan yang aku miliki.
Ternyata Allah memperkenankanku hanya menjadi seorang guru. Pada akhirnya aku mengajar di sebuah lembaga pendidikan menjadi seorang guru. Apa salahnya menjadi seorang guru, toh guru juga adalah profesi yang mulia, tekadku dalam hati memotivasi diri.
Sepuluh tahun sudah aku menjalani profesi ini. Waktu yang tidak sebentar. Aku jalani dengan berbagai suka dan duka. Sebab profesi ini tidak pernah terukir di hatiku menjadikan aku harus banyak belajar. Belajar mencintai dan menerima profesi yang kulakoni sekarang. Walau berkutat hanya menghadapi anak-anak dengan berbagai macam karakternya, namun, aku tidak melupakan cita-cita awalku. Jadi penulis. Ya, sampai saat ini aku masih berusaha untuk terus menulis apa saja, artikel, opini, cerpen terus aku layangkan ke berbagai media.
Alhamdulillah salah satu tulisanku terbit di sebuah media sekaligus mengharumkan nama sekolah tempatku mengajar. Pada akhirnya, tulisanku dimuat setiap bulannya menghiasi koran tersebut. Aku tidak berhenti sampai di situ saja, aku mencoba mengirimkan cerpen untuk diterbitkan pada salah satu penerbit. Alhamdulillah, cerpenku terpilih untuk diterbitkan dalam sebuah antologi cerpen.
Mungkin hal ini jalan lain yang Allah pilihkan untukku setelah gagal menjadi dokter. Kini aku menjadi seorang penulis dan menikmati hasil dari tulisan-tulisanku. Akhirnya aku bisa mengganti asa dalam dadaku menjadi seorang penulis terkenal yang memberikan manfaat dalam berbagai amanat dalam tulisanku bukan lagi obat bagi setiap pasiennya.
#ChangeMaker