Sukses

Lifestyle

Menulis, Berdagang Online, dan Berkebun Bisa Menghidupkan Semangat di Tengah Pandemi

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh: Retno Septyorini

Tiga tahun terakhir saya fokus berkarir di dunia kepenulisan. Selain kerja by project, saya juga aktif menulis di blog pribadi. orang kebanyakan menyebutnya sebagai blogger. Meski hasilnya belum setara dengan pekerja kantoran mentereng di kota-kota besar, namun pekerjaan ini membuat saya berkesempatan untuk merasakan nikmatnya hobi yang dibayar. Selain berkesempatan untuk menjelajah Gunung Anak Krakatau, profesi blogger membuat saya berkesempatan menerima puluhan penghargaan dari berbagai instansi.

Berbekal tabungan yang saya sisihkan setiap bulannya, setahun lalu saya dan seorang sahabat sepakat untuk menghidupkan salah satu mimpi kami yang cukup lama tertunda. Kebetulan kami sama-sama bermimpi memiliki brand baju sendiri. Kala itu kami merasa satu visi untuk membuat brand baju muslimah dengan target pasar para ibu-ibu muda. Sebagai pilot project-nya, kami sepakat membuat 100 potong baju dengan tiga model berbeda yang akan dirilis menjelang Ramadan tahun ini.

Tak disangka, pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Selain banyak project menulis yang ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan, saat pemerintah mengumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia, tiga sampel produk yang kami masukkan ke beberapa penjahit mengalami kesalahan yang tidak bisa ditolerir.

Untuk meminimalisir kesalahan saat proses produksi, mau tak mau kami harus memperbaiki sampel yang telah dinanti lebih dari satu setengah bulan itu. Alhasil antrean produksi yang sudah dijadwalkan jauh-jauh hari oleh pihak konveksi harus direlakan untuk orang lain. Selain terkendala di proses produksi, datangnya virus corona ternyata juga menyebabkan bergesernya tren konsumsi produk fashion yang setahun belakangan gencar kami pelajari.

Kebutuhan akan basic daily outfit yang kami targetkan pas untuk dibawa jalan-jalan ternyata kalah pamor dengan homedress yang dirasa lebih fungsional untuk menunjang kinerja work from home yang tengah digalakkan oleh sebagian besar perusahaan. Sebagai newbie di dunia entrepreneurship, kami tidak gegabah dalam menanggapi fenomena ini.

Setelah melakukan sejumlah riset, kami harus legowo dengan fakta bahwasanya selama ekonomi belum membaik, target konsumen kami masih akan menomorduakan kebutuhan sandang, termasuk produk fashion muslim garapan kami yang bahan bakunya sudah kami beli akhir tahun lalu. Karena pertimbangan ini, ditambah liburnya tempat produksi akibat pandemi, akhirnya kami sepakat untuk menunda proses produksi hingga waktu yang belum ditentukan.

 

Menyalakan Mimpi-Mimpi

Sayang beribu sayang, bahayanya dampak penyebaran virus corona juga menyebabkan nihilnya event bloger yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama saya. Di sisi lain, pendemi ini juga menggerus pendapatan partner usaha saya yang puluhan tahun bekerja sebagai pengajar privat. Meski mendapati kondisi awalan bisnis yang tidak manis, namun kami sadar betul kalau kejadian ini tidak boleh membuat ekonomi kami menjadi semakin terpuruk. Karena itulah kami sepakat untuk bangkit dengan cara masing-masing terlebih dahulu.

Untuk menyambung hidup, saya tetap berusaha mendapatkan penghasilan dengan mengikuti berbagai lomba blog. If there is a will, there is a way. Begitu kira-kira mantra yang saya ucapkan untuk menyemangati diri sendiri agar tetap kreatif selama pandemi. Saya percaya usaha tidak akan menghianati hasil. Akhirnya, kabar baik itu akhirnya datang juga. Satu per satu lomba blog yang saya ikuti mulai menampakkan hasil. Meski belum sebanyak tahun kemarin, selama pandemi ini saya berhasil memboyong tiga lomba blog berskala nasional.

Tidak ingin terpuruk lebih dalam, pelan-pelan saya mulai memetakan kembali target pribadi di tahun ini. Selain fokus menulis, saya tidak malu untuk banting stir menjadi pedagang makanan online. Terhitung sejak Mei kemarin saya mulai berjualan alpukat mentega, tape, aneka peyek hingga bawang goreng.

Di luar dugaan, ternyata dagangan saya mendapat respons pasar yang cukup baik. Bahkan beberapa di antaranya sudah melanglang buana di beberapa kota di luar Jogja seperti Solo, Depok, Jakarta, Bandung hingga Temanggung. Kalau dihitung-hitung hasilnya lumayan juga. Cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Tapi yang namanya dagang, hasilnya terbilang sukar diprediksi. Kadang laku keras, kadang sepi pembeli. 

Untuk menutupi ketidakpastian semacam ini, apalagi di tengah pandemi yang ujung pangkalnya belum diketahui, saya kembali memutar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan lainnya. Guna menghemat pengeluaran sehari-hari saya kepikiran untuk mengelola halaman rumah dengan menanam tanaman pangan.

Selain membuat pagar halaman dari tanaman singkong jepang, saya mulai mencoba menanam beberapa tanaman pangan yang kini banyak dicari seperti tanaman katuk, kelor, stroberi, kemangi, mint cokelat, pegagan hingga menyemai biji delima. Kebetulan di halaman ada satu pohon delima yang sering berbuah.

Meski belum banyak menghasilkan, namun saya tidak malu untuk mengunggah kemajuan hasil berkebun melalui media sosial pribadi. Selain sebagai apresiasi bagi diri sendiri, saya ingin memberi fakta menarik bahwa sempitnya lahan bukan menjadi halangan yang berarti untuk menikmati panen dari halaman sendiri.

Di luar dugaan, ternyata banyak teman yang mengapresiasi hobi baru saya ini. Bahkan tidak sedikit pula yang mengutarakan niat untuk mengadopsi koleksi bibit tanaman pangan yang saya upload sehari-hari. Sejak saat itu saya tidak lagi berfikir bahwa pandemi dapat menumpulkan kreativitas kita. Sebaliknya, kesempatan di rumah saja kali ini sejatinya adalah kesempatan yang baik untuk menggali potensi diri dari beragam sisi. 

Bagi saya pribadi, kombinasi menulis, berdagang online dan berkebun ternyata menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan sekaligus menghasilkan cuan yang terbilang lumayan. Tidak masalah jika ada satu atau dua mimpi yang masih tertunda. Asal tetap patuh pada protokol kesehatan, semoga kita diberi perlindungan untuk "menghidupkan” mimpi lain di tengah badai pandemi kali ini. Jangan lelah, jangan menyerah.

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

 

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading