Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh : Emy Putri Alfiyah
Kodrat manusia yang bernama wanita adalah harus siap berperan ganda. Di saat wanita sudah menikah, bukan hanya berperan sebagai istri atau ibu bagi anaknya. Akan tetapi, sekaligus sebagai manajer keuangan, dokter di rumah, menjaga kebersihan maupun kerapian rumah, mainan anak yang berserakan, hingga bumbu-bumbu dapur dan baju-baju yang bertumpukan pun tak bisa lepas dari tangan seorang wanita.
Kodrat alamiah ini menjadi pembelajaran sepanjang masa yang aku pelajari dengan berjalannya waktu. Namun, tak mudah untuk mengkolaborasikannya karena aku juga sebagai wanita karier, yaitu sebagai guru di sekolah full day ketika itu. Setiap hari berangkat sambil membawa si kecil untuk menitipkan di tempat penitipan anak. Beruntungnya, tempat penitipan anak tersebut tepat di depan sekolah. Hal tersebut memudahkan untuk memberinya ASI di kala jam istirahat.
Kehidupan menuju hampir 10 bulan usia si kecil, tepatnya di tanggal 10 Januari 2019 memeriksakannya ke klinik terdekat karena sudah lebih dari 3 hari mengalami demam ringan. Waktu itu hasil pemeriksaan juga menunjukkan negatif demam berdarah. Saat itu sempat khawatir karena di musim hujan begitu banyak anak-anak dilarikan ke rumah sakit karena penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
Namun, satu minggu kemudian demam si kecil masih belum turun. Semakin hari semakin panas dengan suhu badan diatas 37 derajat sampai 38 derajat celcius. Kami membawanya ke klinik lagi untuk diperiksa, alhasil hasil laboratorium menunjukkan rendahnya Hb pada angka 10,9 dimana rata-rata normal untuk anak perempuan 12,5 – 16 gr/dl. Untuk trombositnya menunjukkan angka aman, yaitu 210.000/cmm, masih dalam batas normal yang berkisar mulai 150.000 -400.00/cmm. Kami pulang dengan lega karena sesuai anjuran dokter sementara dirawat di rumah.
Kemudian di hari berikutnya, demam si kecil belum memberi tanda-tanda turun suhu badannya. Terpaksa saya menelepon suami yang masih bekerja untuk mengantar ke rumah sakit. Waktu itu hujan amat sangat deras, kami mengendarai becak motor langganan dengan menghadang angin serta hujan.
Keramaian di rumah sakit di musim hujan terisi penuh para pasien, kami langsung membawa ke IGD dan antri untuk pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium menunjukkan rendahnya Hb dan trombosit buah hati yang di bawah rata-rata. Dokter menyarankan untuk di rawat inap. Si kecil akhirnya diinfus dan menunggu mendapatkan kamar. Namun, karena malam semakin larut kami mendiskusikan dengan kepala tak dingin. Suami berkehendak untuk tidak dirawat inap, karena sedikit mengalami trauma dengan rumah sakit. Akhirnya, kami pulang dengan membawa si kecil kembali ke rumah.
Akan tetapi, esoknya di pagi hari hingga siang hari panas si kecil semakin tinggi. Bahkan mulai menunjukkan angka 39 derajat celcius. Mau meminta bantuan jauh dari orang tua maupun mertua, sanak saudara dekat saat itu juga sedang persiapan pernikahan di hari esoknya. Suami juga bekerja di tempat yang berjarak tempuh 1 jam. Kucoba menelepon saudara namun pada hari itu ia pergi ke luar kota dan menyarankan si kecil untuk dibawa ke rumah sakit segera.
Seharian itu begitu membuat kebingungan, memikirkan sendiri nasib si kecil sampai sedari pagi tidak makan sesuap pun. Tak hentinya menggendong si kecil dalam buaian yang terus menangis, sambil terus memeriksa kondisi suhu tubuhnya dengan termometer. Tanganku bergetar hingga menjalar, suhu tubuh si kecil menunjukkan angka 40 derajat celcius, seketika segala rasa melemaskan hati, pikiran dan sekujur tubuhku. Kuletakkan hati sejenak untuk menguatkan diri, kudiamkan sendiri pikiran agar lebih tenang.
Advertisement
Menjalani Peran Ganda
Tanpa berpikir panjang menelepon tukang becak langganan yang masih berjarak 100 m. Segala persiapan kumasukkan dalam satu tas, berkas dan entah apapun yang diperlukan. Suara becak motor telah datang langsung kusambar tas sembari berlari membawa si kecil. Air mata ini tak henti berderai sepanjang jalan. Tiba di IGD beruntung masih dipertemukan dengan dokter yang kemarin. Aku datang sambil menggendong si kecil dengan langkah berani sambil membawa barang tanpa menghiraukan keramaian sekitar. Lalu menuju meja panjang tempat dokter mengurus adminstrasi. Ketika itu aku berkata pada dokter,
“Dok, tolong hari ini juga anak saya harus di rawat inap," kataku dengan nada keras, dan menatap tegas.
“Iya, Bu, saya usahakan”, kata dokter.
Ketika itu dokter langsung memastikan kamar inap untuk si kecil. Para perawat menyiapkan infus dan tempat tidur di IGD, dokter memeriksa dengan penuh teliti. Hati ini lega rasanya, si kecil mulai tenang. Waktu memunjukkan pukul 16.00 WIB. Aku baru ingat sedari tadi belum makan sedikit pun. Beruntung baterai handphone masih bisa untuk mengirim pesan pada temanku untuk membelikan nasi bungkus dan jus. Saat itu juga aku menghubungi suami dan keluarga. Paling tidak, beban yang sedari pagi hilang sedikit demi sedikit. Handphone yang sudah habis baterainya kini kuletakkan sembari menunggu keluarga datang, mendapatkan kamar serta menunggu makanan.
Mengingat kejadian tersebut aku sadar bahwa seorang ibulah yang sedari mengandung hingga menyusui, dan sehari-hari dengan si kecil yang paling tahu kondisinya. Menjadi ibu benar-benar menguji mental, apalagi jika si kecil sakit yang mengkhawatirkan langsung kukumpulkan kekuatan dan kepercayaan diri bahwa aku mampu menghadapinya. Apalagi di situasi keluarga tidak berada dalam satu kota, dan suami bekerja seharian penuh di kota sebelah yang berjarak tempuh lebih dari 30 km. Ternyata, menjadi ibu harus berani bertindak di saat sendiri maupun tidak, ya karena wanita adalah a lady boss at home.
Siapa saja yang membaca tulisan ini, terutama para ibu yang terkadang bingung memutuskan suatu masalah dalam keluarga, harus berani bertindak, terutama untuk keselamatan anak. Jangan pernah ragu menempuh jalan yang terjal jika itu untuk kebaikan keluarga. Untuk para wanita muda yang belum menikah persiapkan diri dengan kemungkinan yang terjadi dalam menghadapi peran ganda saat berumah tangga.
#ChangeMaker