Fimela.com, Jakarta Mirip jerawat menjadikan penyakit Moluskum Kontagiosum (MK) tidak diketahui masyarakat. Padahal penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit kulit yang perlu diwaspadai karena akan menggangu kenyamanan.
Penyakit kulit yang sering dikenal dengan istilah ‘jerawat genital’ yang merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh poxvirus. Dan isa terjadi diusia anak-anak dari 2-10 tahun dan usia 20-60 tahun pada kasus dewasa.
Advertisement
BACA JUGA
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO Klinik Pramudia menyampaikan salah satu ciri MK ialah seperti jerawat namun bertambah banyak. Pada anak, MK sering ditemukan di dada, punggung, kaki, tangan, daerah lipatan dan wajah. Sedangkan pada dewasa ditemukan pada genital dan area sekitarnya. MK pada anak merupakan infeksi virus yang menyerang kulit, sedangkan MK pada dewasa dianggap sebagai penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Dan sering ditemukan pada pasien immunocompromise (gangguan sistem imun yang menurun), seperti pada penderita HIV.
“MK menimbulkan benjolan dengan ukuran diameter biasanya kurang dari 0,25 inci dan memiliki titik kecil ditengah benjolannya,” ujarnya.
Advertisement
Penyakit menular
Penyakit ini merupakan infeksi virus yang sangat menular dan dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak kulit ke kulit, berbagi pakaian, atau hanya dengan menyentuh benda yang disentuh penderita yang terinfeksi.
“Penularan MK terjadi karena kontak langsung pada kulit yang erat dan berulang (seksual maupun non-seksual) serta autoinokulasi pada garukan. Apalagi anak-anak yang masih suka bermain, guling-gulingan, pegangan tangan, aktivitas bersama, penggunaan pakaian bergantian. Imunitas anak juga belum optimal seperti orang dewasa jadi harus lebih hati-hati. Virus ini tidak kelihatan dengan mata, sangat kecil,” ujar dr. Anthony.
Hingga saat ini belum terdapat data epidemiologi yang akurat untuk penyakit MK. Ada penelitian yang menyatakan insiden MK sebesar 1200-1400 kasus per 100,000 penduduk per tahun di seluruh dunia.
Berdasarkan kasus MK yang ditemukan di Klinik Pramudia selama 2019 -2020, ditemukan rata-rata sebanyak 2-4 kasus per bulan, baik pada anak maupun dewasa. Ditemukan juga beberapa kasus MK pada penderita HIV selama kurun waktu tersebut.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah menghindari sumber penularan melalui deteksi dini penderita MK, baik pada anak maupun dewasa.
“Masa inkubasi MK antara 2- 6 bulan. Namun, deteksi dini MK tidaklah mudah. Selain jarang terasa gatal atau hanya gatal ringan, pada umumnya MK tidak memiliki rasa gatal ataupun nyeri. Bentuk klinis dari gejala MK di kulit hampir menyerupai jerawat dan cepat menjadi banyak,” papar dr. Anthony.
Untuk mencegah tertularnya dari virus MK, selain menghindari kontak fisik dengan penderita, masyarakat perlu untuk selalu menjaga kesehatan dan imunitas tubuh, serta selalu menjaga kebersihan. Ia juga menjelaskan bahwa MK dapat diobati, sehingga butuh kesadaran masyarakat untuk mau memperhatikan dan memeriksakan penyakit ini sedini mungkin sebelum menyebar.
Bila diobati dengan benar dan tidak terjadi kontak ulang terhadap sumber penularan, jarang terjadi kekambuhan pada MK. Terdapat beberapa modalitas pengobatan untuk MK. Namun pada dasarnya, cara pengobatan MK pada anak hampir sama dengan dewasa. Hanya saja pada pelaksanaannya, pengobatan pada anak jauh lebih sulit daripada orang dewasa.
“Berdasarkan pengalaman praktek di Klinik Pramudia, tingkat kesadaran masyarakat terdapat MK sangatlah rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengenalan penyakit MK di kulit serta kurangnya informasi dan edukasi tentang penyakit ini di masyarakat. Sehingga deteksi dini sulit terjadi,” tutupnya.
#changemaker