Fimela.com, Jakarta COVID-19, merupakan salah satu virus berbahaya yang dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak, orang dewasa bahkan lansia. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh bagian negara di dunia. Seluruh negara di dunia juga menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona semakin luas.
Gelaja penyakit ini ditandai dengan demam yang tinggi lebih dari 37 derajar celcius, flu, batuk dan diperparah dengan munculnya sesak napas. Tetapi beberapa orang mungkin terkonfirmasi virus corona tanpa gejala. Penyebaran virus ini terbilang cukup cepat. Seperti berita baru-baru ini, seorang mahasiswa kedokteran meninggal dunia setelah gagal jantung dan terkonfirmasi positif virus corona.
Advertisement
BACA JUGA
Melanasir dari people.com (4/11), pada bulan April, COVID-19 menyebar melalui keluarga Ramya Yeleti. Pertama ayahnya seorang ahli jantung jatuh sakit, kemungkinan besar karena faktor pekerjaannya. Dia mencoba mengisolasi, tetapi istrinya juga sakit dan di rawat di unit perawatan intensif. Kemudian adik Yeleti dan selanjutnya disusul Yeleti.
Mahasiswa kedokteran berusia 25 tahun dari Carmel, Indiana, berpikir bahwa COVID-19 bukan masalah besar karena usianya masih mudah. Tetapi setelah sekitar tiga minggu gejala ringan yang dideritanya, dia merasa lebih baik dan dinyatakan positif antibodi.
Namun, pada akhir Juli, Yeleti mengalami demam dan kelalahan. Sebagian mahasiswa kedokteran yang bekerja di pusat kesehatan, dia memutuskan untuk menjalani tes COVID-19 lagi dan hasilnya negatif. Karena dia sudah tertular COVID-19 ia benar-benar tidak berpikir bahwa ia terkena COVID lagi. Ia mengalami flu, yang dia pikir hanya flu biasa.
Advertisement
Setelah Menjalani Perawatan Intensif, Yeleti Sembuh
Namun, dua hari setelah tesnya, dia mulai muntah tak terkendali dan mengalami nyeri pada dadanya. Ayah Yeleti mengantarnya ke rumah sakit keesokan harinya. Dokter langsung membawanya ke ruang perawatan dan menghubungkannya ke mesin EKG.
Melihat dirinya menggunakan mesin EKG. Yeleti merasa kaget, itu menunjukkan bahwa dia mengalami gagal jantung dan memompanya dengan mesin tersebut. Pada saat itu Yeleti mengalami pingsan. Selama enam hari Yeleti tidak sadarkan diri dan masuk dalam daftar transplantasi jantung dan menjalani operasi terbuka. Para dokter di Indiana Universtiy Health menetapkan bahwa dia menderita miokarditis, peradangan jantung langka yang disebabkan oleh infeksi virus yang dapat menyebabkan gagal jantung, detak jantung tidak teratur dan kematian mendadak.
Yeleti juga dinyatakan positif COVID-19 selama tinggal di rumah sakit dan sementara dokter tidak yakin apakah dia terinfeksi lagi. Selain itu ia juga dinyatakan positif mengidap parvovirus, dokter percaya bahwa COVID-19 menyebabkan gagal jantungnya.
Yeleti mengalami peningkatan dengan cepat setelah menjalani mesin pendukung untuk jantungnya yang dikenal sebagai ECMO dan dilepas dua hari kemudian. Saat itulah dokter melihat bahwa salah satu katup jantungnya rusak, sehingga membutuhkan operasi jantung. Tetapi saat itu kondisinya membaik dengan cepat dan bisa meninggalkan rumah sakit setelah 12 hari perawatan.
Yeleti saat ini memulihkan diri di rumah dan masih mengatasi kekelahan. Dia juga akan mengalami radang jantung setidaknya selama 6 bulan, efek samping miokarditis. Saat dia sembuh, Yeleti memberi tahu orang-orang untuk tetap memakai masker.
Cek Video di Bawah Ini
#Changemaker