Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Ainun Wahyuni AM
Ada kata-kata mutiara yang berbunyi bahwa ilmu tanpa amalan bagaikan pohon tidak berbuah. Sampai sekarang kata-kata itu masih tersebut tersimpan dalam ingatanku. Kata-kata itulah yang sampai sekarang selalu aku gunakan sebagai prinsip hidupu, dan mengubahku menjadi diriku yang sekarang. Aku pertama kali mendengar kata ini saat aku berada di MTS. daat itu guruku mengucapkan sebuah kalimat mutiara, “Ilmu tanpa amalan bagai pohon tidak berbuah."
Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku dibesarkan di keluarga yang sederhana. Ayahku seorang perangkat desa dan ibuku adalah seoarang ibu rumah tangga dan di hari Senin sampai Jumat ibuku bekerja sebagai guru di sebuah PAUD. Ayahku adalah seorang pria yang sangat memegang prinsipnya. Oleh karena itu sejak kecil ayahku mendidikku agar menjadi orang yang memengang teguh prinsip hidupnya dan tidak menjadi orang yang plin plan dalam memutuskan sesuatu. Karena sebelum itu aku bahkan tidak tahu apa cita-citaku atau apa impianku.
Saat ini aku masih kuliah di salah satu perguruan tinggi agama negeri di Purwokerto. Di saat pandemi ini kegiatan tak sedikit berbeda dengan kegiatanku yang sebelumnya. Kegiatanku saat ini hanya mengajar TPQ dan les.
Advertisement
Kebahagiaan dan Kepuasan Batin
Cita-citaku dulu saat MTS tidaklah muluk-muluk. Cita-citaku hanya ingin menjadi guru TPQ. Meskipun guru TPQ itu bukanlah seorang PNS tapi aku senang bisa menjadi guru TPQ. Karena di sana aku bisa menyalurkan ilmu yang selama ini sudah aku dapatkan. Memang terkadang masih ada banyak orang yang mangatakan bahawa buat apa menjadi guru TPQ, gaji tidak ada kalau ada pun sedikit. Tapi saat di TPQ itulah yang membuatku merasa senang dan sejenak melupakan permasalahan yang sedang aku alami.
Selain mengajar di TPQ, aku dan juga temanku membuka rumah belajar untuk anak–anak. Mungkin rumah belajar ini tergolomg murah karena anak-anak hanya membayar Rp4.000 untuk satu kali pertemuan. Selama seminggu setiap kelas memiliki 3 pertemuan dan satu pertemuan itu tidak dipungut biaya.
Selain itu uang itu kami gunakan untuk membeli papan tulis, membeli buku IQRA, dan keperluan rumah belajar lainnya. Hal ini kami lakukan bukan untuk mengejar untung. Tapi kami melakukan ini agar kami bisa mengamalkan apa yang sudah kami pelajari dan agar kami juga bisa bermanfaat bagi orang di sekitar kami. Aku sangat senang dengan kegiatanku saat ini. Aku bisa bebagai ilmu yang sudah aku dapatkan selama ini.
#ChangeMaker