Fimela.com, Jakarta Anita Rao tahu tidak ada orang yang akan menyukai suaranya saat memutuskan menjadi penyiar radio. Di tahun 2017, Anita setuju untuk menjadi pembawa acara talk show tengah hari secara live di North Carolina Public Radio.
Walaupun memiliki gelar sarjana, Anita tidak berkulit putih atau berusia di atas 55 tahun, karakteristik utama yang menentukan pendengar inti stasiun radio tempatnya bekerja. Selama musim panas pertama, kotak masuk tempat kerjanya dipenuhi email yang mengkritik suara Anita.
Advertisement
BACA JUGA
Namun, itu tidak menyurutkan semangat Anita. Di saat orang-orang tidak menyukai caranya bicara, Anita berusaha memenangkan hati mereka dengan konten yang disampaikannya.
Setelah 2 tahun bekerja, Anita memutuskan untuk mencoba bereksperimen selama 1 bulan bersama produsernya. Mereka membuat seriual baru dengan topik seputar seks, hubungan, dan kesehatan pribadi, hal-hal yang jarang didengar di radio publik.
Mereka tidak hanya menggali tentang ilmu orgasme, tips seks, kesenangan perempuan, kesuburan dan keintiman, penuaan, mereka juga menampilkan sesuatu yang lebih dari sekedar suara khas. Konten radio ini sebenarnya adalah hal yang Anita bicarakan sepanjang waktu bersama dengan teman-temannya.
Advertisement
Anita dan produsernya memutuskan membuat program dengan konten tentang seks
Menjadi pembawa acara dengan percakapan yang tabu di tengah program radio yang berlangsung di tengah hari, memperkenalkan banyak tantangan dan jenis kritik yang baru kepada Anita. Banyak orang merasa bahwa pilihan konten tempatnya bekerja tidak relevan dengan berita dan tren saat ini.
Akhirnya mereka merilis versi podcast beberapa bulan lalu, dengan tetap mempertahankan serial radionya. Untungnya, manajer stasiun radio tempat Anita bekerja bersedia mengambil risiko dan mengizinkan mereka untuk melanjutkan serial tersebut, setelah bulan pertama percobaan.
Pada bulan Mei 2020 ini, mereka melakukan pertunjukan selama 1 jam tentang industri pornografi. Mereka menampilkan seniman Carolina Utara, pembuat film dewasa, dan salah satu pendiri aplikasi audio erotika.
Mereka masih mendapat banyak ketidaksetujuan, namun tidak sedikit yang menunjukkan rasa simpati, memandang program radio tersebut dari sudut pandang lain dan mendukungnya. Anita tidak ingin mengubah pikiran siapapun tentang pornografi atau seksualitas.
Namun, ia berharap orang-orang dapat memahami bahwa alasannya melakukan ini adalah agar orang-orang dapat lebih mengenal diri mereka sendiri dan orang lain, lebih dalam.
"Semakin lama kita menjaga percakapan tentang seks, hubungan, dan kesehatan di ranah bukan wacana publik, semakin lama juga kita akan tetap terkunci dalam narasi tunggal yang membuat kita tidak benar-benar mengenal diri sendiri dan satu sama lain, lebih dalam."
Program tersebut masih terus menerus mendapatkan kritik
Anita merasa bahwa orang-orang harus memahami bahwa manusia adalah makhluk seksual yang terikat karena memiliki hasrat dan mencari kesenangan. Program radio tersebut dibuat untuk menciptakan dialog yang bermakna, berfungsi untuk mengintegrasikan aspek-aspek identitas, tanpa merugikan orang lain.
Fakta bahwa topik ini membuat orang tidak nyaman justru merupakan intinya. Memasukkan subjek seperti pornografi dan seks, Anita memutuskan untuk melakukan percakapan bernuansa aspek fundamental kemanusiaan.
Ketika acara radio publik memilih membicarakannya di gelombang udara, di siang hari, hal ini menciptakan ruang untuk memvalidasi bagian penting dari pengalaman manusia yang membentuk cara orang berpikir tentang ras, identitas, dan koneksi satu sama lain. Sejak memulainya, Anita menerima banyak komentar tetang keberaniannya.
Sebenarnya, menurut Anita, melakukan percakapan ini adalah sesuatu yang mudah. Berbicara secara terbuka tentang topik tersebut membantu Anita menggerakkan ketidakamanan dan rasa malu dirinya sendiri.
Itu bukan berarti dirinya menolak kritik, namun ia terdorong untuk melakukan pekerjaan tersebut karena ia tahu bahwa ketika dirinya berusaha menjadi diri sendiri, Anita mengundang orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Bagaimana menurutmu?
#ChangeMaker