Fimela.com, Jakarta Faktanya negara-negara yang dipimpin perempuan menangani pandemi lebih baik ketimbang negara yang dipimpin pria. Namun tak perlu menunggu untuk menjadi pemimpin negara untuk mulai memimpin perubahan di lingkungan kita.
Author ternama Margie Warrell menuliskan pengalamannya dalam forbes.com untuk mengajak para perempuan duduk bersama untuk mengambil keputusan. Sebab dunia membutuhkan lebih banyak perempuan untuk mengambil alih kekuasaan mereka dan memimpin perubahan yang diinginkan.
Advertisement
BACA JUGA
Di momen krisis seperti sekarang ini, ia menyarankan untuk kembali mempertimbangkan bagi perempuan untuk menjadi lebih kuat ketimbang diam. Jika tidak tahu harus mulai dari mana, berikut lima sarannya menjadi agen perubahan di organisasi, komunitas, dan lingkungan sekitar kita.
Advertisement
1. Jangan menunggu kepercayaan diri
"Oh, bukan saya, saya tidak sekuat itu," begitu pernyataan banyak perempuanyang meragukan kemampuan diri mereka sendiri. Penelitian membuktikan jika perempuan sering tertinggal dari pria dalam hal kepercayaan diri dan menilai kemampuan mereka sendiri.
Jadi, jika kamu menunggu rasa percaya diri datang, coba pikirkan lagi untuk mengambil kesempatan dan menjalaninya. Lalu bicarakan masalah yang membebanimu dan belajar sambil jalan, karena selalu ada yang pertama bukan?
2. Berani melihat diri sendiri sebagai seorang pemimpin
Saat melihat karier para pengusaha dan politisi perempuan, kita merasa mereka memang kompeten dan patut jadi panutan. Namun, perempuan masih merasa kurang nyaman melihat dirinya sendiri sebagai pemimpin dibanding pria.
Saat menjalankan program kepemimpinan membangun keberanian, Margie Warrell sering meminta peserta untuk mengangkat tangan jika dia adalah seorang pemimpin. Tentu saja hasilnya lebih banyak laki-laki yang naik tangannya daripada perempuan.
Namun, agar orang lain melihat kita sebagai pemimpin, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat diri kita sebagai pemimpin. Jadi visualisasikan diri sendiri sebagai pemimpin, pembuat perubahan, dan kekuatan untuk kebaikan.
Jadi jangan menunggu izin dari orang lain atau promosi dari atasa. Lebih baik bertindak sebagai pemimpin seperti yang kamu inginkan dan biarkan orang lain melihat kompetensimu.
Advertisement
3. Tingkatkan keberanian
Perempuan yang memasuki dunia kerja biasanya penuh dengan ambisi, seperti hasil studi Brain and Company. Namun dalam 10 tahun, banyak yang menurunkan aspirasi mereka sendiri saat menemukan jika lapangan terlalu banyak 'permainan' dan 'penyisihan'.
Jadi, saat kamu melihat diri sendiri 10 atau 20 tahun lagi dari sekarang, hubungkan dengan visi untuk masa depan yang menggairahkan, punya makna, dan memainkan kekuatan diri sendiri. Kemudian lanjutkan, meski dengan langkah kecil namun tetaplah berada di jalur yang kamu yakini.
4. Bersandar pada risiko
Mempertaruhkan kenyamanan yang kita miliki sekarang untuk masa depan merupakan definisi keberanian. Ini membutuhkan lompatan keyakinan pada diri sendiri, mempertaruhkan harga diri, dan kerentanan demi sesuatu yang lebih penting.
Dari ribuan perempuan di seluruh dunia, risiko yang tidak diambil adalah hal yang paling disesali. Jadi, jika kamu bersandar pada ketidaknyamanan yang dituntut oleh risiko seperti ini, lompatan atau keputusan apa yang akan diambil?
"Saya tidak suka berjudi, tetapi jika ada satu hal yang ingin saya pertaruhkan, itu adalah diri sendiri," begitu menurut Beyonce.
Advertisement
5. Miliki perbedaan dari perbedaan
Pemimpin yang efektif memiliki campuran kualitas feminin dan maskulin. Dunia membutuhkan perempuan dengan gaya kepemimpinan 'komando dan kendali'.
Salah satunya dibangun dengan memberdayakan, berkolaborasi, dan memelihara budaya keberanian yang mendorong kepemimpinan yang lebih berani dalam diri orang lain. Di sinilah kepemimpinan 'komunal' perempuan mengemuka.
Seperti Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Adern yang menanggapi kritik jika ia terlalu lembut untuk menjadi pemimpin yang kuat. "Saya menolah untuk percaya jika saya tidak bisa berbelas kasih sekaligus menjadi kuat."
Ia bisa menjadi perempuan tegas dan empatik, bisa juga jadi feminin dan galak. Ya, sudah teruji, jika perempuan unggul dalam hal keseimbangan dan multi-tasking.
Jadi semakin banyak perempuan menemukan keberanian mereka, tentu bisa mengubah dunia. Semakin banyak perempuan yang merangkul kekuasaan mereka, akan mengubah sifat kekuasaan itu sendiri. Selamat menjadi pemimpin perubahan!
Simak Video Berikut
#ChangeMaker