Fimela.com, Jakarta "Kapan menikah?" "Kapan bisa cepat menyusul? Nanti keburu jadi perawan tua, lho?" "Nggak malu sama umur, di umurmu yang sekarang sudah banyak yang punya anak." Hm, pernah mendapati pertanyaan-pertanyaan semacam itu? Pastinya tidak nyaman ya kalau orang-orang di sekitar kita mendesak kita untuk menikah. Padahal pernikahan bukan perlombaan. Bahkan pernikahan bukan satu-satuna jaminan mencapai hidup bahagia.
Ada survei menarik terkait perempuan, pernikahan, dan kebahagiaan. Melansir laman timesofindia.indiatimes.com, ada sebuah studi yang menemukan bahwa perempuan lajang lebih bahagia daripada perempuan yang sudah menikah. Penelitian yang dilakukan oleh American Time Use Survey (ATUS) ini membandingkan tingkat kebahagiaan dan penderitaan dari individu-individu yang sudah menikah, belum menikah, berpisah dari pasangan, menjadi janda, dan yang bercerai.
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Perbedaan pada Perempuan dan Pria
Dalam survei tersebut, orang-orang yang sudah menikah melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi hanya ketika pertanyaan itu diajukan saat mereka sedang bersama pasangannya. Ada yang lebih menarik dari itu. Orang-orang yang belum menikah melaporkan memiliki tingkat penderitaan yang lebih rendah dibandingkan yang sudah menikah.
Paul Dolan, seorang profesor sains tingkahlaku di London School of Economics dan penulis buku Happy Ever After beropini bahwa pria lebih diuntungkan dalam pernikahan dan perempuan lebih bahagia saat belum menikah. Dia mengambil referensi dari studi yang sama bahwa pria bisa "lebih tenang" setelah menikah, mengambil lebih sedikit risiko, mendapat penghasilan lebih tinggi, dan hidup lebih lama.
Lalu, bagaimana dengan perempuan?
Dolan mengindikasikan bahwa pernikahan bisa sangat memengaruhi kondisi kesehatan perempuan. Perempuan lebih bahagia dan sehat saat belum menikah dan belum punya anak. Wah, cukup menarik juga ya pemaparannya.
Sebuah penelitian lain yang dilakukan oleh perusahaan Mintel yang mewawancarai perempuan lajang juga memberi hasil menarik. Dari penelitian itu, 61 persen perempuan lajang yang diwawancarai merasa bahagia sebagai lajang. Tak hanya itu saja, 75 persen dari mereka bahkan tak berniat mencari pasangan.
Kebahagiaan pada Dasarnya Kita yang Ciptakan Sendiri
Hasil survei dan penelitian di atas memang sangat menarik. Bahkan mungkin rasanya tak pernah diduga hasilnya bisa seperti itu. Ada indikasi bahwa waktu sudah berubah dan pernikahan serta mempunya anak bukan satu-satunya faktor yang bisa membuat seorang perempuan bahagia.
Perempuan punya hak sendiri untuk menentukan kapan akan menikah, dengan siapa akan menikah, dan pada usia berapa untuk menikah. Dengan kata lain, setiap perempuan bisa menjalani setiap fase kehidupannya dengan menciptakan kebahagiaan sendiri.
Tentu saja hasil survei di atas tak mewakili kondisi dan situasi semua perempuan di seluruh dunia, ya. Pastinya ada perempuan yang hidupnya bisa lebih bahagia setelah menikah dan punya anak. Tapi satu hal penting yang perlu kita pahami dengan baik adalah kita bisa bahagia dengan cara kita sendiri. Bagi yang saat ini masih lajang, tak perlu galau berlebihan saat diburu-buru untuk menikah atau didesak untuk cepat-cepat menikah. You deserve to be happy on your own.
#ChangeMaker