Fimela.com, Jakarta Seorang perempuan yang diberitahu bahwa dia 'terlalu jelek' untuk memposting foto dirinya mengabaikan kritik dan hujatan dengan berbagi foto selfie setiap hari selama setahun.
Perempuan tersebut merupakan Penulis bernama Melissa Blake, yang memiliki sindrom Freeman Sheldon, kelainan tulang dan otot genetik langka yang ditandai dengan kelainan bentuk sendi dan kelainan pada kepala dan wajah, dan dia mulai diejek karena penampilannya.
Advertisement
BACA JUGA
Melansir Unilad.co.uk, seorang YouTuber memposting fotonya dan ratusan orang menanggapi dengan komentar kejam yang menyebut nama Melissa seperti 'blobfish' dan 'whale'. Seorang pengguna mengatakan Melissa harus 'dilarang' memposting foto selfie karena dia 'terlalu jelek'.
Melissa menolak untuk membiarkan hujatan menghampirinya dan menanggapi komentar lewat twitter, ia. menulis:
“Orang-orang mengatakan bahwa saya harus dilarang memposting foto diri saya karena saya terlalu jelek. Jadi saya hanya ingin memperingati kesempatan ini dengan 3 foto selfie ini,” tulisnya.
Advertisement
Selfie dalam setahun
Setiap hari selama setahun terakhir, Melissa mengunggah selfie ke media sosial sebagai bagian dari mencintai dirinya. Dan membuat pengikutnya meningkat dari 7.500 menjadi 100.000.
Dia baru-baru ini merefleksikan langkah tersebut dalam sebuah esai yang diterbitkan oleh Refinery29, di mana dia menggambarkan rutinitas memposting selfie-nya sebagai 'ritual' yang telah membawa 'kenyamanan dan kebahagiaan'.
Selfienya tersebut, ia tambahnya hashtag #MyBestSelfie dan memastikan untuk membagikan berbagai foto mulai dari yang serius hingga yang menyenangkan dan konyol.
"Setiap selfie benar-benar mencerminkan kepribadian saya dan siapa saya. Masing-masing adalah perayaan, dan masing-masing membawa pesan,” tutur Melissa.
Ia pun menjelaskan bahwa dia merasa lebih nyaman dengan tubuhnya, setiap selfie yang dia posting, dan menemukan kebebasan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya sebagai perempuan penyandang disabilitas.
“Setiap selfie di handphone saya, saya merasa seperti saya bisa bercakap-cakap dengan diri saya yang lebih muda, menceritakan semua hal yang saya harap saya ketahui ketika saya masih remaja,” tambahnya.
Melissa mencatat bahwa representasi disabilitas kurang dalam segala hal mulai dari budaya pop hingga politik, dan menyadari bahwa dengan memposting foto-fotonya dia membantu tidak hanya dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang cacat lainnya yang memberi tahu Melissa bahwa mereka mengidentifikasi dengan kata-katanya dan mulai memposting foto selfie mereka.
Penulis menggambarkan hasil selfie-nya sebagai 'mulia', dan menjelaskan bahwa foto-foto tersebut bisa menjadi 'revolusioner' dan 'politik' pada tahun 2020.
“Ini adalah cara untuk mengambil kembali kekuatan saya dan melukiskan gambaran kecacatan yang lebih akurat. Saya sangat bangga bisa menunjukkannya selama setahun penuh,” paparnya.
Melissa menekankan bahwa penyandang disabilitas harus berjuang untuk dilihat dan didengar, dan dia mengungkapkan harapannya bahwa selfie-nya akan terus membantu menormalkan disabilitas dan mendorong percakapan tentang disabilitas dan seksualitas atau pekerjaan di masa depan.
#changemaker