Sukses

Lifestyle

Caraku Mengatur Keuangan dan Tips Mengisi Pundi-Pundi selama Pandemi

Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.

***

Oleh: Lathifah Iffah

Seorang istri merupakan manajer keuangan dalam rumah tangga. Bagaimana mengatur uang agar cukup untuk kebutuhan sekeluarga, bagaimana keluarga bisa makan sehat dan bergizi namun tetap hemat, bagaimana mengelola pemasukan agar kebutuhan-kebutuhan keluarga tetap terpenuhi, dan tentunya bagaimana masalah keuangan ini bisa stabil sehingga tidak merembet ke masalah lain. Seperti kita ketahui uang merupakan masalah sensitif, bisa merekatkan atau bahkan merenggangkan hubungan kekerabatan. Sehingga perlu cermat dan hati-hati dalam mengelolanya. 

Selama pandemi yang tanpa terasa telah berlangsung sekitar setengah tahun ini, keluarga kami pun terkena dampaknya. Apalagi saat ini kami memiliki anak-anak kecil usia sekolah, masih memiliki angsuran KPR dan sebagaimana keluarga pada umumya, pandemi ini membuat kami sedikit mengubah rencana keuangan agar tidak besar pasak daripada tiang. 

Tips Mengatur Keuangan Saat Pandemi

Saat uang gajian turun biasanya kami langsung membaginya ke beberapa prioritas utama seperti angsuran KPR, listrik, air, uang sekolah, orang tua, dan pos-pos lain yang memang harus disegerakan. Setelah itu mengalokasikan untuk tabungan dan uang belanja. Tabungan ini kami wajibkan sebagai dana keamanan untuk bulan-bulan berikutnya. Berapa pun jumlahnya, yang penting harus kami sisihkan setiap bulannya untuk melatih kedisiplinan dalam mengelola keuangan dan tentunya menjadi dana darurat di masa depan.

Dari uang belanja bulanan, receh atau uang kembalian saya kumpulkan dalam wadah tersembunyi, namun karena sering ada godaan  untuk mengambil maka saya tabung di koperasi. Meski hanya 5-10 ribu jika dikumpulkan dalam setahun hasilnya lumayan bukan?

Bagaimana dengan uang jajan anak? Untuk mereka saya membiasakan membuat/menyediakan camilan di rumah, sehingga mereka tidak membeli di luar. Dan memberi celengan lucu untuk setiap anak sehingga mereka suka menabung.

Dalam masalah keuangan, perlu kerja sama dan keterbukaan antara suami istri sehingga bisa mengatur masalah keuangan bersama karena hasilnya pun akan dinikmati bersama karena seringkali ketidakjujuran dalam masalah keuangan daat memicu timbulnya masalah dalam keluarga.

 

Mengisi Pundi-Pundi saat Pandemi

Tidak bisa dipungkiri, pandemi membuat para pencari kerja harus berjuang lebih keras, adanya PHK, keterbatasan akses sosial karena adanya wabah tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat dan negara, sehingga perlu mental yang tangguh dan usaha lebih keras agar dapat bertahan dan teta berdiri tegak.

Kami sendiri tinggal  di lingkungan yang heterogen, ada yang bekerja sebagai ASN dan banyak pula yang bekerja di sektor swasta. Hal ini membuat saya melihat contoh banyak pihak yang mampu bertahan bahkan makin berkibar meski adanya pandemi. Hal ini membuat saya belajar bahwa asal kita mau berusaha, insyaallah Tuhan akan memberi jalan.

a. Industri Kuliner

Beberapa tetangga saya menekuni usaha kuliner, sebagian besar memang sudah menggeluti usaha ini sejak lama. Jauh sebelum adanya pandemi. Dan kunci sukses untuk tetap bertahan adalah terus menjalin networking yang baik serta meningkatkan diri dengan ilmu-ilmu baru.

Di dunia kuliner, kita harus banyak belajar dan berinovasi dengan menu-menu baru yang sedang trending. Atau sebaliknya fokus ada satu menu masakan/makanan namun terus memperkuat branding dengan memanfaatkan sosial media, dan aplikasi yang dapat mempercantik tampilan kemasan produk agar lebih menarik.

b. Industri Konveksi

Pandemi membuat banyak orang menunda beli baju baru? Mungkin iya, mungkin tidak. Tergantung dari bagaimana inovasi brand fashion agar tetap bertahan. Namun dengan memiliki kemampuan menjahit, kita tetap bisa memperoleh penghasilan dari rumah, seperti membuat dan menjual masker, menerima permak dan tentunya menerima jasa menjahit. Tren diet sampah plastik juga bisa menjadi inspirasi untuk membuat tas kain yang lebih ramah lingkungan karena bisa cuci pakai.

c. Menjadi Reseller/Marketer Online

Adanya media sosial membuat tren belanja bergeser menjadi belanja online. Hal ini memberi kemudahan pada siapa pun untuk menjadi reseller/marketer dengan minim modal atau bahkan hanya bermodal kuota. Tidak sedikit yang sukses menjadi reseller/marketer, saat ini bahkan brand-brand besar tanpa ragu membuka keran untuk reseller untuk meningkatkan penjualan. Tetangga kami bahkan merubah rumahnya menjadi distributor gerabah/perlengkapan rumah tangga, karena telaten dengan usaha online yang makin menanjak.

d. Menjadi Diri Sendiri dan Banyak Berdoa

Pandemi banyak membuat orang menjadi stres, putus asa, bingung apa yang harus dilakukan. Jika demikian, segeralah mencari partner untuk bercerita, meluapkan keluh kesah sekaligus mencari solusi dari permasalahan yang ada. Setiap orang memiliki masalah, memiliki suka dan duka. Dan tentunya Tuhan lah partner terbaik untuk bercerita, berkeluh kesah sekaligus dapat memberikan solusi.

e. Upgrade Kemampuan Diri

Pandemi ini mengajarkan saya pentingnya memiliki ketrampilan terutama bagi perempuan, entah memasak, menjahit, menulis, melukis, merajut, menganyam, membuat kerajinan, merangkai bunga, dan sebagainya. Sehingga setinggi apapun pendidikan seorang perempuan, jika harus berada di rumah tetap dapat berkarya, memiliki dan mengembangkan passion, serta dapat berkontribusi untuk keluarga dan masyarakat.

f. Membeli = Berbagi

Meski harus menghemat pengeluaran adakalanya kami dihadapkan pada kondisi harus membeli. Di sekitar kami tidak jarang dijumpai simbah-simbah menjual sayur dengan karung dan berbaju lusuh, ibu sepuh yang setiap pagi berkeliling menawarkan nasi jagung, ada pula yang menjadi pemulung. Meski tidak membutuhkan kami kadang tetap membelinya, membeli sekaligus memberi asupan gizi pada jiwa. Bagaimana uang bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan lahir namun juga kebutuhan bathin. Salah satu cara menambah rezeki adalah dengan sedekah, sedekah bukan hanya sekadar memberi namun juga bisa melalui membeli, membantu mereka bertahan dengan cara yang halal.

Karena sejatinya kita lah yang harus mengatur uang, bukan uang yang mengatur kita.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading