Fimela.com, Jakarta Orang lain mungkin mengenal kita sebagai perempuan yang selalu tampak tegar. Selalu bisa atasi setiap keadaan sulit dengan tenang. Orang lain mengira kita kuat karena tak pernah menunjukkan keluhan kita. Namun, yang mereka tidak tahu kita bisa tampak tegar karena kita terbiasa menyembuhkan luka sendiri.
Sungguh tidak mudah saat kita harus menyembuhkan luka sendiri. Ketika tak ada orang lain yang bisa kita pinjam bahunya atau genggam tangannya, kita hanya bisa menepuk pundak kita sendiri. Berusaha untuk bangkit sendiri meski tertatih. Terjatuh dan bangun sendiri dengan menguatkan kaki sendiri. Mengobati luka sendiri karena tidak ada orang yang bisa membantu kita meredakan rasa sakit yang kita rasa.
Advertisement
BACA JUGA
Kita Terlalu Terbiasa Meredakan Rasa Sakit Sendiri
Dilema yang kerap dialami perempuan sulung: tak berani mengeluhkan kesulitan hidup kepada orangtua karena tak ingin makin membebani mereka, tak bisa berbagi masalah dengan adik-adik karena tak ingin semakin membebani merka, tak selalu mampu berbagi cerita ke teman atau sahabat ketika mereka pun punya masalahnya sendiri, dan tak terbiasa menceritakan masalah ke sembarang orang karena itu tak selalu bisa memperbaiki keadaan. Saat sedang terluka atau tersakiti, kita terbiasa mengandalkan diri sendiri untuk meredakannya. Bukan karena kita tegar tapi karena kita "terpaksa" perlu membiasakan diri dengan keadaan.
Advertisement
Kita Terbiasa Memikirkan Perasaan Orang Lain
Seorang perempuan sulung biasanya sulit untuk bersikap egois. Setiap kali membuat sebuah pilihan, selalu saja memikirkan banyak hal. Memikirkan perasaan orang lain atau konsekuensi yang akan terjadi. Saat sedang punya masalah, tak jarang memilih untuk memendamnya sendiri. Bukan karena merasa mampu tapi karena tak ingin malah menambah beban orang lain. Kepedihan dan kesedihan yang ada pun ditelan sendiri sebelum pada akhirnya menemukan ketegaran dalam diri sendiri.
Tak Pernah Mengeluh Bukan Berati Tak Pernah Rapuh
Setiap perempuan pasti pernah rapuh. Kita pernah berada di titik terendah kita dalam hidup. Kita pernah sulit bernapas dan merasa sesak karena masalah yang begitu berat. Dunia seakan berhenti berputar dan gravitasi menarik tubuh kita semakin dalam ke perut bumi. Kita pernah rapuh tapi kita tak terbiasa mengeluh. Tidak selalu mudah untuk selalu tampak baik-baik saja dan menguatkan diri sendiri. Namun, jika semua pengorbanan dan perjuangan yang kita lakukan menghadirkan makna dalam hidup, setidaknya berterima kasihlah pada dirimu terlebih dahulu. Terima kasih sudah berjuang. Terima kasih masih bertahan. Terima kasih masih bisa tersenyum.
Untuk para perempuan sulung dan semua perempuan lain yang mungkin merasakan hal yang sama, terima kasih sudah melakukan yang terbaik dalam hidup. Semoga kebahagiaan-kebahagiaan baru akan segera hadir dan mewarnai hidupmu. Terima kasih sudah berusaha menyembuhkan setiap luka dan duka yang menyapa jiwamu.
#ChangeMaker