Fimela.com, Jakarta Ada yang bilang uang bukan segalanya. Hanya saja uang tetaplah kita butuhkan dalam kehidupan. Mengatur keuangan, membuat rencana keuangan untuk jangka waktu tertentu, mewujudkan impian melalui perencanaan finansial yang baik, rencana investasi dan membeli rumah, hingga pengalaman terkait memberi utang atau berutang pasti pernah kita alami. Banyak aspek dalam kehidupan kita yang sangat erat kaitannya dengan uang. Nah, dalam Lomba Share Your Stories September 2020: Aku dan Uang ini Sahabat Fimela semua bisa berbagi tulisan terkait pengalaman, cerita pribadi, kisah, atau sudut pandang terkait uang. Seperti tulisan berikut ini.
BACA JUGA
Advertisement
***
Oleh: Eda Erfauzan
Hal terpenting yang harus Anda lakukan ketika berada di dalam lubang adalah berhenti menggali. (Warren Buffet)
Pernah merasakan uang mudah datang, tetapi mudah habis? Atau sudah mengumpulkan dengan susah payah, tetapi uang habis begitu mudah? Punya utang bayar dengan utang lagi seperti lingkaran, susah sekali memutusnya. Saya pernah dan rasanya luar biasa. Udara yang berlimpah jadi terbatas dan bikin sesak. Langit yang tinggi dan luas serasa langit-langit yang menghimpit dan membatasi pandang.
Merasa mati langkah, nggak berdaya, dan hopeless. Ingin keluar dari jerat utang tetapi belum tahu harus mulai dari mana. Beruntung suami tidak kehilangan sifat optimis. Optimismenya menulari saya dan menghadirkan tekad, kami harus menaklukan ini. Mencari apa yang salah untuk diperbaiki.
Flash back kenapa sampai besar pasak dari tiang dan terjebak utang. Fokus pada mencari solusi dan berusaha untuk tidak saling menyalahkan. Bagaimana pun ini konsekuensi dari apa yang telah kami jalani dan kami harus bertanggungjawab kan?
Baru saya sadari dari awal bekerja dan menerima gaji, saya tidak benar-benar mengelola uang dengan baik. Begitu pun setelah menikah. Tak ada perencanaan keuangan. Semua dibiarkan mengalir dan mengikuti kata hati. Menggunakan uang tanpa urutan prioritas kebutuhan, hanya mengikuti keinginan dan naluri. Ketika usaha macet, dirumahkan karena pandemi hingga pemasukan berkurang kami pun terjebak pada kondisi keuangan yang buruk.
Kami berusaha mencari solusi dengan membaca buku-buku tentang pengelolaan keuangan, artikel, dan bertanya hingga sampai pada satu kesimpulan, masalahnya bukan berapa banyak uang yang di hasilkan per bulan, tetapi bagaimana kami mengelolanya hingga tidak besar pasak dari tiang. Sejatinya beberapa pun penghasilan kita insyaAllah akan cukup untuk memenuhi kebutuhan tetapi selalu kurang jika keinginan yang harus dipuaskan.
Advertisement
Memperbaiki Keadaan
Ada beberapa hal yang kemudian menjadi catatan kami, di antaranya:
- Tidak membuat perencanaan yang matang mengenai pengelolaan anggaran rumah tangga.
- Tidak ada skala prioritas, kebutuhan dan keinginan seperti jadi satu.
- Terlalu mendengarkan apa kata orang.
- Tak bisa tegas dengan permintaan tolong dari keluarga besar.
- Tak tahan godaan diskon.
- Belanja bukan berdasar kebutuhan tetapi berdasar keinginan.
- Ego tinggi, tak mau kalah dari orang lain.
- Berbelanja lebih sering karena alasan irasional bukan berdasar kebutuhan.
Setelahnya kami merumuskan kembali tujuan keuangan keluarga, memprioritaskan pelunasan cicilan dan utang, menahan diri untuk tidak boros, membuat prioritas pengeluaran, bekerja secara efektif hingga pendapatan setara dengan waktu, tenaga, dan pikiran yang dikeluarkan. Membiasakan untuk tidak menyimpan dana cash melebihi kebutuhan tetapi mengalokasikannya sebagai investasi.
Proses menjalaninya tidak mudah juga tidak instan. Butuh tarikan napas yang panjang, menahan diri, dan kesabaran terutama saat jalan-jalan ke mal ada lambain potongan harga, buy one get one free, sale produk branded, promo liburan, produk baru. Menguatkan hati untuk mematuhi anggaran yang telah dibuat dan displin dengan skala prioritas. Akhirnya, kami berhasil melewati masa-masa sulit itu.
#ChangeMaker